Silaturahim dan Syawalan Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Ada tiga makna dalam syawalan tahun 1435 Hijriyah tahun ini, yaitu : pertama semua umat Islam apapun mazab dan alirannya sudah bisa melaksanakan ibadah sholat Idul Fitri secara serentak pada tanggal 28 Juli 2014 yang lalu. Kedua, di bulan syawal ini juga bertepatan dengan perayaan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke 69 dan ketiga, disempurnakannya dengan keputusan Mahkamah Konstitusi mengenai terpilihnya presiden dan wakil presiden RI secara sah dan konstitusional. Demikian disampaikan Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X menggunakan bahasa Jawa pada acara silaturahim dan syawalan Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta? Hadinigrat di Bangsal Kepatihan, Rabu, (27/08).

Sultan Hamengku Buwono X lebih lanjut mengatakan bahwa, abdi dalem yang masih aktif bertugas di pemerintahan diwajibkan untuk merancang dan memanfaatkan Dana Istimewa (danais) untuk program kebudayaan masyarakat. Tentu saja sesuai aturan yang ada. Selain itu, harus mengedepankan skala prioritas demi kesejahteraan masyarakat. Menurut Sultan HB X, hal ini seperti yang tertera pada surat ?ajipamasa?. Dengannya bisa memacu berkembangnya kegiatan-kegiatan lain yang membangkitkan prakarsa masyarakat agar bisa mandiri.

Sri Sultan Hamengku Buwono X, menandaskan kepada abdi dalem kaprajan maupun punakawan yang mengabdi di Kraton Yogyakarta diwajibkan melestarikan budaya Ngayogyakarta melebihi dari warga yang lainnya.

Point penting lainnya yang disampaikan Sultan HB X adalah, ajakannya untuk membudidayakan budaya dengan semangat golog giling bertekad menjadi satu, manunggal dengan pemerintah, para empu, akademisi dan kaum cendekiawan, pemerhati budaya dan seni serta seluruh masyarakat. Menurutnya, ?kami ? (Sultan HB X dan Gusti Paku Alam IX) mempunyai kewajiban meneruskan warisan leluhur Mataram, seperti yang dikatakan pepatah ? wong agung ngeksi gondo amangun karyenas tyasing sasama? yang berarti agar bisa mewujudkan arahan besar, bagi negara khsususnya bagi seluruh masyarakat.

Sementara itu Drs. GBPH Yudhaningrat MM Kepala Dinas Kebudayaan DIY yang juga sekaligus sebagai ketua panitia, mengajak untuk lebih meningkatkan upaya untuk pelestarian budaya, terutama budaya adiluhung Yogyakarta. Gusti Yudha panggilan akrabnya juga mengemukakan, setelah selesai melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh para abdi dalem diajaknya untuk saling memaafkan, sehingga kembali ? menjadi fitri atau suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan.

Syawalan diikuti oleh sekitar 800 orang abdi dalem kaprajan maupun punakawan yang semuanya menggunakan pakaian adat jawa berupa surjan dan blangkon untuk pria dan berkebaya bagi abdi dalem wanita. (teb/skm)