Sambut Bulan Pengurangan Risiko Bencana 2014, BPBD DIY Gelar Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk

Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda DIY menyerahkan gunungan wayang kepada Ki Dalang Seno Nugroho sebagai tanda dimulainya pagelaran wayang. Foto: ipung.

Paradigma baru penanggulangan bencana yang kita tonjolkan adalah bagaimana kita melakukan pengurangan risiko terhadap bencana. Masyarakat kita ajak untuk tahu bahwa di sekitar kita ada apa, kemudian potensi bencana apa saja, kalau terjadi saya harus bagaimana, dan persiapan apa yang harus dilakukan.

Demikian disampaikan Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda DIY, Drs. Sulistiyo, SH, CN, MSi saat memberikan sambutan pada acara Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk dengan Lakon Pandawa Mbangun oleh Ki Dalang Seno Nugroho, yang diselenggarakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY tadi malam (10/10) di halaman parkir Disdikpora DIY.

?Judulnya saja sudah Pandawa Mbangun. Mudah-mudahan di-link-kan masyarakat yang tanggap terhadap pengurangan risiko bencana. Inilah yang ingin kita gerakkan agar masyarakat nanti tanggap terhadap bencana di sekitar kita. Maka pada tanggal 13 Oktober ini dicanangkan sebagai Bulan Pengurangan Resiko Bencana,? kata Sulistiyo.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD DIY, Ir. Gatot Saptadi, dalam sambutan selamat datangnya mengatakan bahwa Pemerintah melalui BNPB dan BPBD setap bulan Oktober rutin menyelenggarakan sosialisasi pengurangan risiko bencana bagi pemerintah desa, kecamatan, dan dunia pendidikan yang diwujudkan dalam Desa Tangguh Bencana dan Sekolah Siaga Bencana.

?Kami coba proses sosialisasi melalui pagelaran wayang, pertama karena dipandang cukup efektif bagi masyarakat DIY yang punya kultur Jawa. Yang kedua, ini merupakan bagian untuk menghidupkan kesenian daerah kita dimana DIY dengan keistimewaannya dapat benar-benar eksis,? terang Gatot.

Lakon Pandawa Mbangun mengisahkan tentang kemauan Pandawa untuk membangun negara dan membangun masyarakat. Namun, saat itu Pandawa sedang kehilangan pusaka Jamus Kalimasada. Prabu Kresna pun tidak berada di negara Dwarawati. Pandawa berusaha mencari hingga ahirnya bertemu dengan Prabu Kresna yang membawa pusaka Jamus Kalimasada dan bahkan Pandawa mendapat wahyu Panca Tunggal. Panca artinya lima, tunggal artinya satu, seperti dasar negara. Sehingga, negara bisa berjalan baik dan benar ketika mampu mempersatukan atau mengamalkan kelima sila yang terkandung dalam wahyu Panca Tunggal tersebut.

?Dari cerita di atas, ketika masyarakat bersatu berdasarkan sila-sila tersebut, pastinya menemui keadaan apapun selalu siap. Seperti halnya dalam penanggulangan bencana setiap saat harus siap karena datangnya bencana tidak bisa diduga. Kalau masyarakat terbangun rukun kan bersatu. Kalau bermusuhan tidak tenteram, mau komunikasi pun sulit,? ungkap Seno.

Pagelaran wayang kulit yang berlangsung hingga pukul 4 pagi ini, turut dihadiri para kepala SKPD di lingkungan Pemda DIY, camat dan lurah di lingkungan Pemkot DIY, para koordinator relawan, tamu undangan dan masyarakat umum. Sebagai tanda dimulainya pagelaran wayang, diserahkan gunungan wayang oleh Sulistiyo kepada Seno dan dibacakan doa oleh Agus Abdul Mughni, SH, MH. (hdi)