Digital Public Relation sebagai Pembangun Branding Institusi

Kegiatan pembinaan kemitraan media, pers, dan kehumasan kembali diselenggarakan oleh Biro Umum, Humas dan Protokol Setda DIY melalui Pelatihan Digital Public Relation dengan tema ?Implementasi Digital Public Relations sebagai Alat Branding Institusi? di Grage Hotel Yogyakarta, Kamis, (21/11) pagi.

Penyelenggaraan kegiatan ini sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan teknik dan metode penyebarluasan informasi pemerintahan dan pembangunan dengan baik dan benar melalui media digital serta meningkatkan kualitas pemberitaan instansi pemerintah daerah dalam mensosialisasikan kebijakan, program dan kegiatan pemerintah. Harapannya dengan terlaksananya kegiatan ini, peserta pelatihan dapat mengerti dan memahami teknik dan metode penyebarluasan informasi pemerintahan dan pembangunan menggunakan konsep digital branding.

Kegiatan pelatihan ini dibuka oleh Kepala Biro UHP Setda DIY, Drs. Imam Pratanadi, MT., yang juga hadir sebagai narasumber. Dalam materi yang dipaparkan, Imam menyampaikan mengenai bagaimana humas institusi harus menjadi kreatif dan inovatif sehingga mampu menjawab dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang selalu terjadi khususnya di dalam konteks kehumasan saat ini.

?Sebagai pejabat humas atau calon pejabat humas di masing-masing instansi, nantinya akan mengatur strategi komunikasi yang kemudian harus dilakukan oleh masing-masing instansi, yang kemudian menjadi kewajiban tambahan bagi seorang humas.? ujar Imam.

Imam juga menyampaikan bahwa citra dan reputasi merupakan aset penting bagi setiap perusahaan, organisasi atau instansi pemerintah. ?Tugas humas adalah mengkomunikasikan citra baik dan juga menjaga agar citra itu pada prakteknya akhirnya membentuk reputasi yang baik dari pemerintah daerah.? jelas Imam.

Selain itu, peran digital public relation (PR) sebagai alat branding institusi menjadi sangat strategis. Digital PR harus mampu membangun citra, reputasi, kredibilitas dan kepercayaan khususnya melalui media digital dan media sosial sebagai saluran yang powerful bagi publik dalam rangka memberikan penilaian terhadap suatu brand.

Imam menyampaikan, bahwa yang paling penting di dunia media sosial saat ini adalah engagement. ?Jika engagement kurang walaupun beritanya banyak itu tidak akan dianggap sebagai suatu komunikasi yang baik. Engagement disini adalah like, share dan comment. Kalau like, share, dan comment? terhadap suatu berita itu tinggi, berarti efektivitas berita itu sampai kepada masyarakat, itu tinggi.? jelas Imam.

Imam juga berpesan kepada para peserta pelatihan mengenai penggunaan bahasa di dalam media sosial bahwa dalam membuat konten harus menggunakan bahasa-bahasa resmi. Jika ingin menyisipkan bahasa gaul, maka harus dipastikan kembali bahwa bahasa tersebut tidak akan membuat reputasi pemerintah daerah menurun.

Kegiatan pelatihan tersebut juga mengundang dua narasumber lain yaitu Wiwit Prasetyono selaku Tepas Tanda Yekti dan Pipit Damayanti, SH. selaku influencer dan pemilik dari akun instagram kulinerjogja.

Wiwit menyampaikan mengenai Kraton Jogja dalam media maya yang mana pembuatan berbagai platform online Kraton Jogja berawal dari sumber informasi yang beragam, menyesatkan, informasi terbatas, serta terkesan kuno, tidak tersentuh, dan mistis. Mengikuti perkembangan era digital ini, dengan tersedianya berbagai platform online Kraton Jogja, platform online Kraton Jogja diharapkan dapat menghadirkan informasi yang dapat dijadikan rujukan. Selain itu, platform online tersebut juga digunakan sebagai media pemberitaan agenda kegiatan keraton serta untuk mencatat kekayaan budaya benda dan tak benda.

Sementara itu, Pipit menambahkan tentang kesulitan para admin plat merah/ admin instansi pemerintah yang berkaitan dengan kehati-hatian dalam mengunggah suatu informasi atau berita dalam media sosial. ?Kalau postingan anda terlihat cerdas, instansi anda terlihat cerdas. Kalau jawaban anda terlihat late response, anda akan dianggap sebagai instansi yang late response. Kalau anda kadang-kadang mungkin caption atau komentarnya nyinyir anda akan disebut instansi yang nyinyir.? ungkap Pipit. Selain itu, Pipit juga menambahkan mengenai pentingnya membangun jejaring. Membangun jejaring yang tidak hanya srawung di online tetapi juga srawung di offline.

Pelatihan ini dihadiri oleh 45 peserta meliputi PNS dan staf pengelola portal/website/sosial media institusi pemerintah serta perwakilan OPD di lingkungan Pemda DIY. Setelah pemaparan dari ketiga narasumber, kegiatan pelatihan dilanjut dengan sesi diskusi yang kurang lebih berlangsung selama empat puluh menit dan dipimpin oleh Ditya Nanaryo Aji, S.H., M. Ec. Dev selaku Kepala Bagian Humas Pemda DIY.

(han)