BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI SOLUSI ATAS TANTANGAN DI ERA INDUSTRI 4.0

Gubernur

Daerah Istimewa Yogyakarta


Sambutan


PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI SOLUSI ATAS TANTANGAN DI ERA INDUSTRI 4.0


Yogyakarta,? 18 Januari 2020

-----------------------------------------------------------------

Assalamu?alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua,


Yang saya hormati tamu undangan dan hadirin sekalian,


?You lose your wealth, you lose nothing. You lose your health, you lose something. You lose your character, you lose everything?, demikian sasanti yang digoreskan oleh Prof. A. D. Pirous, seorang Guru Besar dan seniman lukis dari ITB, pada karya lukisnya yang berjudul: ?The Nightmare of Losing?. Dari frasanya itu, terungkap pesan bahwa ?karakter? sejatinya menduduki highest ranking dalam peri kehidupan kita.


Sasanti-nya itu sejalan dengan pendapat Dr. Martin Luther King, bahwa ?Kecerdasan plus karakter adalah tujuan akhir pendidikan?. Selain itu, Mahatma Gandhi juga mengingatkan jangan sampai terjadi ?pendidikan tanpa karakter?. Bahkan Theodore Roosevelt pun mengatakan hal senada: ?Mendidik seseorang dalam kecerdasan otak dan bukan dengan moral adalah ancaman bagi masyarakat?. Kiranya penting untuk dicatat: ?ancaman bagi masyarakat?!


Setidaknya ada empat orang dari tiga negara yang berbeda dengan latar budaya dan zaman yang juga berbeda, telah mendalilkan betapa strategisnya Pendidikan Karakter bagi anak bangsa. Pendidikan Karakter diperlukan, karena kecemasan akan hilangnya karakter bangsa yang adiluhung, ramah, suka menolong dan bergotong-royong, jujur dan nilai-nilai keutamaan lainnya. Kecemasan itu dengan sangat tepatnya digambarkan oleh mereka berempat.


Hadirin sekalian yang saya hormati,


Fenomena yang saya sampaikan di atas, dengan gamblang menjelaskan pentingnya pendidikan karakter bagi suatu bangsa. Tentu kita harus mempunyai desain yang jelas dalam upaya membangun karakter. Di sisi lain, kita kadang sering melupakan, atau justru mengabaikan wisdom legacy yang sejatinya mengalir secara otomatis semenjak manusia dilahirkan, yaitu budaya. Budaya adalah strategi bertahan hidup untuk menang (surviving and winning), dan itulah takaran untuk menilai tinggi-rendahnya budaya sebuah bangsa. Budaya tinggi tidak selalu berwujud kesenian yang rumit, atau nilai-nilai adiluhung saja, melainkan dibuktikan dari how survival is the nation. Disiplin diri merupakan hal penting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter sebuah masyarakat-bangsa.? Perlu saya tegaskan, masyarakat yang teguh memegang teguh budaya bukan berarti masyarakat yang tidak modern dan tidak berkemajuan.


Dalam organisasi modern dan maju, yang diminta adalah etos kerja disiplin, kerasionalan, efisiensi dan objektivitas, selain keuletan bekerja dan belajar jika hendak berperan dalam kemajuan dunia. Dengan mengambil nilai-nilai budaya progresif-dinamis, diharapkan agar dalam waktu cepat kita mampu merebut ilmu, kemajuan ekonomi dan teknologi dan kemakmuran materi, yag berpusat di universitas, bank dan manufaktur. Melalui interaksi budaya, proses pengkayaan budaya itu akan terjadi karena memang menjadi kebutuhan untuk maju, penjelmaan kebudayaan modern, seperti telah dicontohkan dari kebudayaan Barat, Jepang, Korea, dan China atau yang lain.


Hadirin sekalian,


Dapat disimpulkan, basis keunggulan individu, produk, organisasi, daerah, bahkan bangsa pun, nyata-nyata dan tak bisa lain, ialah manusia-manusia unggul juga, baik spiritualitas, intelektualitas, dan etos kerjanya. Lalu, apa rahasianya? Samuel Huntington dalam Culture Matters memberi jawaban tegas: budaya! Budaya yang bertumbuh di antaranya adalah kerja keras, disiplin, dan mengutamakan pendidikan. Itulah akar-akar tunggang pohon keunggulan yang kita cari-cari itu: spirit of excellence. Memang spirit itu perlu diberi darah, saraf, otot, dan daging, agar menjadi tubuh.? Artinya menjadikannya sebuah budaya sebagai sebuah culture entities that live a life worth living!


Dalam konteks ?Berbasis Budaya-Budaya Lokal?, budaya yang mengandung nilai-nilai keunggulan pada hakikatnya adalah perjalanan dari kumpulan makna hasil tafsiran yang berkelanjutan untuk kesempurnaan harkat dan nilai kemanusiaan. Khasanah budaya-budaya yang tersembunyi dan tersimpan memerlukan tafsiran ulang agar ia mendapat makna dan memberi arti bagi kehidupan.


Kebudayaan dan nilai-nilai perlu diberi ruh baru dan direvitalisasi, agar mampu memberikan kontribusi dalam mengisi Pendidikan Karakter di lokalnya masing-masing. Itulah yang dimaksud Strategi Pendidikan, yang utamanya guna mewujudkan gambaran keanekaragaman model ?Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal?.


Hadirin sekalian yang saya hormati,


Dunia boleh saja berlari. Dunia boleh saja menjadi sebuah global village yang terkoneksi satu sama lain dengan mudah, sehingga terkesan memaksa kita menggunakan sebuah atribut tunggal dalam bungkus modernisasi dan milenialisasi.


Memang kita tak bisa menghindari greget saut yang mengatasnamakan modernisasi global. Kita memang harus eksis, dan mengikuti perkembangan jaman demi kemaslahatan peradaban, tanpa harus meninggalkan fakta dan jatidiri sendiri, anglaras playuning banyu, ngeli ning ojo keli.


Beberapa ahli menyatakan kelemahan dari Revolusi Industri 4.0 adalah terlalu fokus pada dimensi ekonomi dan teknologi . Hal ini menuntut agar dampak sosial dan teknologinya juga harus diperhitungkan. Inovasi adalah kata kunci lain dalam Revolusi Industri 4.0. Agar inovasi permanen terjadi, mekanisme pembelajaran sosio emosional individu dan fleksibilitas organisasi menjadi penting, karena pembelajaran teknologi saja sejatinya? tidaklah cukup. Hal ini perlu kita pikirkan bersama. Penting bagi seluruh komponen untuk urun rembug dalam desain pendidikan karakter berbasis budaya untuk menghadapi arus Revolusi Industri 4.0.


Dengan basis budaya, konsepsi masyarakat sejahtera akan terwujud dalam single binding kesejahteraan jasmani dan rohani. Era Industri 4.0 jelas menyaratkan konsep pencapaian kesuksesan produksi, dan berlanjut pada peningkatan level ekonomi. Dengan adanya budaya, maka kesuksesan dalam bidang ekonomi akan diiringi oleh kepekaan dan budi pekerti, sehingga manusia tidak larut dalam euforia duniwai. Budaya-lah yang akan menjadikan manusia menjadi manusia seutuhnya, menjadi pribadi yang sejahtera, namun tetap memiliki nurani dan kepekaan sosial yang tinggi. Inilah yang akan membentuk kesejahteraan kolektif suatu bangsa dan peradabannya.


Hadirin sekalian,


Demikian yang dapat saya sampaikan di kesempatan yang baik ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melindungi dan meridhoi kita semua, dalam upaya membangun karakter bangsa yang berbudaya dan berbudi pekerti, mewujudkan peradaban sejahtera dalam konsepsi gemah ripah loh jinawi, tata tenterem karta raharja.? Terima kasih.


Wassalamu?alaikum Wr. Wb.


Yogyakarta, 18 Januari 2020


GUBERNUR

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA



HAMENGKU BUWONO X