BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEYNOTE SPEECH SEMINAR OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN 2020

Sekretaris Daerah

Daerah Istimewa Yogyakarta


Sekretaris Daerah

DaerahIstimewa Yogyakarta



KEYNOTE SPEECH


SEMINAR OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN 2020


Yogyakarta, 29 Januari 2020


Assalamualaikum wr. wb.

Salam sejahtera untuk kita semuanya.


Yang kami hormati Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY; Para Narasumber; Peserta seminar dan seluruh hadirin yang berbahagia.

Sepanjang tahun 2019, gejolak ekonomi dan politik di tingkat global senantiasa membayangi pergerakan ekonomi nasional. Persolan Brexit yang seakan tanpa ujung pangkal, ditambah perang dagang antara AS dan Tiongkok yang mengeskalasi pengenaan tarif impor kepada Tiongkok sebesar 10%. Argentina mengajukan restrukturisasi pinjaman sebesar $10 miliar, menandakan periode krisis telah dimulai pasca kalahnya Mauricio Macri dalam pemilu awal. Perang dagang antara Korea dan Jepang menambah ketidakstabilan ekonomi pada Bulan Juli. Mundurnya Presiden Morales menimbulkan gejolak di Bolivia, dan protes isu ketimpangan pun terjadi di Chile. Ditambah lagi akhir-akhir ini, serangan virus Corona yang dengan cepatnya menyebar di berbagai negara.


Dapatlah kita simpulkan bahwa ?Winter is coming, and the crisis has not yet clearly ending?. Tak ada jalan lain selain mendesain rencana preventif atas tak menentunya kondisi perekonomian global 2020, tentu sebagai langkah antisipasi keguncangan ekonomi dalam negeri.


Hadirin sekalian yang kami hormati,


Sekiranya bijak bagi pemerintah untuk memprediksi sumber potensi ketidakpastian global pada tahun 2020. Beberapa potensi yang mungkin terjadi antara lain disebabkan oleh beberapa krisis yang terjadi di tahun 2019, dan masih berlanjut sampai dengan saat ini, seperti belum tercapaianya kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok, Deadlock Brexit, Resesi Zona Eropa, kebangkitan populisme politik, perang dalam negeri seperti yang terjadi di Suirah dan Yaman, dan perang regional Saudi-Iran-Israel dapat menciptakan economical shock yang harus diantisipasi dari sekarang.


Tentu renteten peristiwa global yang terjadi akan berdampak bagi Indonesia. Akibat eskalasi global tersebut, tren perlambatan global untuk perdagangan dan pertumbuhan PDB akan berlanjut dengan tambahan risiko terjadinya krisis di negara maju pada tahun 2020. Walaupun ekspor Indonesia tetap akan tumbuh negatif tahun ini, adanya tanda-tanda kenaikan harga komoditas, terutama minyak sawit, menawarkan potensi pertumbuhan yang non-negatif untuk ekspor Indonesia pada tahun 2020.


Di sisi lain, kita harus waspada terhadap hambatan perdagangan dan investasi yang tetap tinggi di Indonesia, yang akan menyebabkan pertumbuhan investasi tetap lemah di tahun 2020. Perlu ada reformasi yang signifikan untuk meningkatkan iklim investasi, agar dapat menolong aktivitas ekonomi pada tahun 2020. Transmisi pelemahan ekonomi global akan berimbas pada perekomonomian nasional, dimana aliran modal investasi di Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh negara maju, serta sentimen negatif global dapat mempengaruhi investor confidence. Sementara di sektor perdagangan, kinerja neraca non migas akan mengalami tekanan, dan defisit neraca migas masih tinggi.


Hadirin sekalian yang kami hormati,


Berpijak pada analisis dan prediksi perekonomian di atas, perlu bagi kita untuk mundur sapecak untuk melakukan evaluasi, menengok ke beberapa tahun silam, dimana krisis global terjadi pada tahun 2008. Krisis global 2008 dapat kita jadikan cermin, bagaimana bangsa ini mampu bertahan dan kembali eksis. Salah satu sektor yang dianggap tetap survive adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).


Hal ini bisa terjadi karena umumnya UMKM menghasilkan barang konsumsi dan jasa yang dekat dengan kebutuhan masyarakat. Pendapatan masyarakat yang merosot ketika krisis ekonomi terjadi tidak berpengaruh banyak terhadap permintaan barang dan jasa yang dihasilkan UMKM. Ini berbeda dengan kondisi usaha skala besar yang justru bertumbangan saat krisis terjadi.


Selain itu, pelaku usaha UMKM umumnya memanfaatkan sumber daya lokal, baik itu untuk sumber daya manusia, modal, bahan baku, hingga peralatan. Artinya, sebagian besar kebutuhan UMKM tidak mengandalkan barang impor. Faktor lainnya, umumnya bisnis UMKM tidak ditopang dana pinjaman dari bank, melainkan dari dana sendiri. Dengan kondisi itu, ketika sektor perbankan terpuruk ataupun suku bunga melambung tinggi pun tidak begitu mempengaruhi UMKM. Meskipun tingkat pertumbuhannya belum signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional, namun UMKM telah menjadi backbone dan buffer zone yang menyelamatkan negara dari keterpurukan ekonomi yang lebih dalam.


Tentu kita semua berharap,? bahwa pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dapat mengelola ekspektasi pasar, agar aliran modal tetap masuk ke Indonesia, serta memastikan aliran modal akan kembali masuk ke Indonesia pasca periode turbulensi berakhir.


Hadirin sekalian,


Di tingkat provinsi, Bank Indonesia dapat berperan banyak dengan menjadi inisiator dan navigator menjaga keseimbangan ekonomi. BI dapat bekerjasama dengan berbagai pihak, seperti TPID, Bappeda, dan dunia akademik dalam upaya menjaga keberlangsungan perekonomian daerah. BI dapat juga menjadi akselerator pengembangan UMKM, karena UMKM telah terbukti tahan krisis dan mendukung perekonomian dan keberlanjutan hidup orang banyak di saat krisis terjadi.

Selain itu, kita harus bergotong-royong mengendalikan inflasi, mengingat belanja konsumsi rumah tangga masih menjadi mesin pertumbuhan. Pemerintah daerah dan pihak terkait harus memastikan bahwa supply dan stabilitas harga terus terjaga.


Sektor lain yang bisa mendukung pergerakan positif perekonomian adalah belanja pemerintah dan investasi. Khusus investasi, perlu ada sebentuk promosi dalam bentuk insentif fiskal, quasi fiscal dan partisipasi swasta. Kami percaya, bahwa kerja bersama dalam promosi ekspor, terutama manufaktur, dapat menjadi solusi bertahan dari krisis. Potensi manufaktur masih sangat besar untuk kegiatan ekspor, karena kita memiliki potensi bahan mentah dan bahan yang luar biasa. Dengan sentuhan inovasi dan kreatifitas, bukan tak mungkin, produk manufaktur Indonesia menjadi penyelamat di masa kalabendhu ekspor global.

Demikian yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan ini.? Semoga diskusi hari ini akan memberikan beberapa solusi dan alternatif dalam menjaga stabilitas ekonomi regional dan nasional, serta menjamin terlaksananya pembangunan kesejahteraan masyarakat di tengah terpaan badai global. Winter is coming...... stay optimistic and keep trying. Terima kasih.


Wassalamu?alaikum Wr. Wb.


Yogyakarta, 29 Januari 2020


SEKRETARIS DAERAH

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA




Drs. R. KADARMANTA BASKARA AJI