BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DIALOG KEBANGSAAN MEMPERINGATI HARI LAHIR PANCASILA KE-78 TAHUN 2023

Assalamualaikum Wr., Wb.,

Salam Damai Sejahtera bagi Kita Semua.

?

Yang saya hormati:

Keluarga besar FBM ?FORUM BEDA tapi MESRA, para pembicara, para tamu undangan, serta hadirin sekalian.

?

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, yang masih memperkenankan kita semua, untuk hadir di sini dalam keadaan sehat wal?afiat, tanpa kekurangan suatu apapun.

Berkaitan dengan tema besar Dialog Kebangsaan Tahun 2023, ?Reaktualisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Perajut Kebhinekaan Bangsa?, dimana saya secara khusus diminta untuk mengangkat topik ?Meneguhkan Nilai-nilai Budaya Bangsa dari Serbuan Budaya Global yang Destruktif?, pertama-tama, perlu diketahui bahwa UNESCO dibantu UNDP dan Bank Dunia, telah melakukan upaya perlindungan budaya, dan mendorong kreativitas masyarakat agar terus berkembang.

Perhatian UNESCO terhadap budaya lokal Indonesia, bukan karena budaya Indonesia melemah atau menguat di tengah pengaruh perubahan, tetapi karena budaya yang hidup dan dijaga akan membantu untuk mempertahankan identitas suatu bangsa. Perlu senantiasa menjadi catatan mental pula, bahwa saat bicara tentang Budaya, penekanannya adalah pada nilai (values), bukan pada artefak, pada yang tak benda (intangible), bukan pada yang benda (tangible).

Pertanyaannya: bagaimana kita dapat menghargai nilai-nilai kearifan lokal-tradisional, kalau kita sendiri tidak mengenalnya, padahal budaya kita itu sekarang berdampingan dengan budaya modern yang memuat nilai-nilai baru?

?

Hadirin sekalian,

Perlu kita pahami bersama, bahwa keragaman budaya nusantara sebagaimana yang kita kenal saat ini, sesungguhnya merupakan hasil persentuhan budaya lokal dengan tradisi-tradisi besar dunia. Demikian pula, bahwa persentuhan itu sifatnya dinamis, dan tidak muncul dengan sendirinya, tetapi lahir dari suatu proses ?tawar-menawar?. Dalam proses itu, kearifan tradisional pada budaya lokal sangat berperan mendorong perubahan bagi terbentuknya keragaman budaya Nusantara.

Perlu dicatat pula, bahwa ?modernisasi? adalah proses yang tidak pernah dan tidak boleh berhenti, dan merupakan bagian tak terpisahkan dari dinamika menuju peradaban yang lebih baik. Sedangkan ?globalisasi? itu sendiri, sesungguhnya bukanlah hal baru.

Sejarah menunjukkan, di masa lampau, dalam modus dan skala yang berbeda, globalisasi telah berulang kali terjadi di Nusantara. Itu adalah konsekuensi logis dari kenyataan bahwa Indonesia merupakan bagian dari kawasan dan sistem komunitas dunia. Dalam proses yang kini disebut modernisasi dan globalisasi itulah, manusia Indonesia tidak saja menjelajah ruang wilayahnya sendiri, tetapi juga memasuki dan berinteraksi aktif di tengah masyarakat dunia.

Saling-silang budaya antar berbagai tradisi di Nusantara dengan anasir-anasir asing justru akan membawa ke arah suatu perubahan yang dinamis. Hal itu dimungkinkan karena budaya lokal yang ada memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyaring apa yang pantas dan tidak, sebelum akhirnya dijadikan kerangka acuan.

Kajian arkeologis menunjukkan, sejak masa-masa awal Masehi sebelum Hindu masuk, sesungguhnya budaya yang hidup di Nusantara sudah bisa disebut ?mapan?. Oleh karena itu, ketika tradisi Hindu masuk, yang terjadi adalah proses akulturasi dalam bentuk ?tawar-menawar? budaya, sehingga yang muncul adalah kebudayaan Hindu khas Indonesia. Pada relief-relief candi misalnya, kekhasan itu tampak jelas, terutama dalam hal pengembangan kode-kode tertentu yang justru tidak ada pada tradisi aslinya.

Ketika Islam masuk pun demikian. Dalam beberapa aspek, di luar masalah akidah dan ubudiyah, terjadi ?kompromi-kompromi? dengan budaya lokal. Selain menambah keragaman budaya-budaya Nusantara, wujud nyata dari kearifan tradisional yang melekat pada budaya lokal itu juga melahirkan kebudayaan baru bernuansa Islam khas Indonesia.



Saudara-saudara,

Kearifan dan kecerdasan lokal tak boleh dinafikan atau dihilangkan, semata-mata karena dianggap ketinggalan zaman. Nilai-nilainya justru harus ditransformasikan ke dalam khazanah budaya sekarang, dengan dibuat rasional melalui teori-teori atau paradigma ilmu pengetahuan terkini.

Misalnya, masyarakat kita di masa lampau tak akan pernah merusak ??hutan larangan?, karena dianggap angker dan bisa kualat jika penunggu hutan itu murka. Maka masyarakat masa kini harus memahami, bahwa hutan itu ?angker?, sebab berfungsi sebagai tangki air dunia, paru-paru bumi yang harus dijaga kesehatan dan kelangsungannya.

Namun perlu disadari sepenuhnya, bahwa menggali nilai tradisi memang sia-sia, jika dilakukan dengan semangat menggali-gali kuburan untuk menemukan bangkai. Mengorek tradisi bukan menggali kuburan, bukan pula kembali ke masa lalu. Melainkan, menziarahi jati diri, mengkaji nilai-nilainya untuk ditransformasikan ke lautan budaya global yang tengah kita renangi.

Lain kata, dalam hal menafsirkan Indonesia masa kini dan masa depan, sudah sepantasnya bila keindonesiaan itu dilihat pula dari perspektif hari ini, dengan bercermin pada perspektif masa lalu. Sehingga, kembali ke tema kita hari ini, sungguh tepat adanya, bahwa isu-isu berkaitan dengan tradisi dan masyarakat modern seyogyanya dibaca, diinterpretasi, dan dimitigasi dengan bijaksana, beyond right and wrong.

Sekian dan terima kasih.





?

Wassalamu?alaikum Wr. Wb.



Surabaya, 10 Juni 2023

?