BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sambutan PEMBUKAAN BIENNALE JOGJA 17 2023

Assalamualaikum Wr. Wb.,

Salam Damai Sejahtera Bagi Kita Semua,


Yang saya hormati:

Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta beserta jajarannya, para Kurator, para Seniman, segenap Tamu Undangan, dan Saudara sekalian.


Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena kita masih diperkenankan untuk hadir di sini dalam keadaan sehat wal’afiat, tanpa kekurangan suatu apapun.

“Selamat” kepada Biennale Jogja, yang tahun ini memasuki Jogja Equator Putaran ke-2, yang mengangkat isu Trans Lokalitas dan Trans Historisitas sebagai tema besarnya.

Selanjutnya, saya ingin menyampaikan apresiasi, khususnya atas 3 hal. Pertama, karena dari Jogja Equator Putaran 1, kita telah bersama-sama membuktikan setidaknya satu hal: tentang betapa pentingnya menjaga kepercayaan dan kearifan lokal, keahlian yang dibangun di atas falsafah alam dan kehidupan, serta kedaulatan masyarakat adat. Kedua, karena temuan tersebut tidak lantas sekedar menjadi catatan mental, ditumpuk pinggir, yang pada akhirnya menjadi terlupakan. Melainkan, secara nyata menjadi pondasi bagi arah Jogja Equator Putaran 2.

Tema besar Trans Lokalitas dan Trans Historisitas, pada esensinya dapat dimaknai sebagai upaya dialog untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang menjadi karakteristik Global Selatan (Global South). Adapun proses dan hasil temuannya nanti diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran, menawarkan solusi alternatif, sekaligus menjadi modal bagi South-South Cooperation: untuk bekerjasama mewujudkan impian bersama, tanpa mengorbankan lokalitas ataupun menafikan realitas historis (yang entah disukai atau tidak, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari siapa kita saat ini (the present us)). Lain kata, jilid ini adalah tentang menerima jati diri, sehingga apa yang selama ini dipandang sebagai kekurangan dan kelemahan, dapat direkonstruksi atau dimaknai ulang sebagai sebuah kekuatan.

Apresiasi ketiga, adalah terkait keputusan untuk “merangkul” Desa. Terutama karena kita tahu, bahwa meski di satu sisi, peran Desa sebagai sang “cikal bakal” sudah tak terbantahkan lagi, namun di sisi lain, selama ini masih cenderung termarginalisasi dalam banyak hal.

Berangkat dari hal-hal tersebut, adalah harapan kita bersama, bahwa Biennale Jogja 17 2023 yang secara spesifik mengambil judul “Titen: Pengetahuan Menubuh, Pijakan Berubah”, dapat sukses menjalankan perannya sebagai pembuka jalan, bagi upaya Biennale Jogja untuk secara aktif menjadi bagian dari penulisan ulang sejarah seni dunia, serta berkontribusi pada proyek dekolonisasi seni, khususnya yang berfokus pada mempertanyakan kembali definisi dan kerangka geopolitik dunia.

Akhirnya, masuk ke konteks kita hari ini, saya sampaikan apresiasi khusus, untuk para seniman yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam Biennale Jogja 17 2023. Semoga ini dapat menjadi motivasi personal: untuk terus berkarya namun tidak mengasingkan diri atau memutuskan hubungan dengan the past experience dan the present reality, terus kritis dalam menyoroti dan menyikapi keadaan, serta aktif, vokal, namun elegan dalam menawarkan solusi, dengan menggunakan seni sebagai bahasanya.

Sekian dan terima kasih.


Wassalamualaikum Wr. Wb.,

 

Yogyakarta, 06 Oktober 2023