BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sambutan “PAMERAN ABHIMANTRANA” Upacara Adat Keraton Yogyakarta

Semoga-lah kedamaian, keberkahan, dan rahmat Tuhan Sang Kuasa Cipta, senantiasa menyertai kita semua,

 

Dalam lingkup peradaban yang terhampar di Yogyakarta, di mana kebudayaan bersemayam sebagai intinya, Keraton Yogyakarta lahir bukan hanya sebagai pusat pemerintahan, melainkan juga sebagai garda peradaban—tempat di mana nilai-nilai estetika, filosofis, dan historis bertaut menjadi satu dalam harmoni nan kaya.

Pada masa awal berdirinya, di bawah naungan Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I, Keraton memang didesain tidak hanya sekedar menjadi entitas tempat semata, melainkan sebagai manifesto hidup, yang mengajarkan tentang nilai-nilai kebijaksanaan. Tentang bagaimana seorang raja tidak hanya memerintah dengan kekuasaan, tapi juga dengan kebajikan, merajut masa depan rakyatnya dengan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Kesemua itu, membentuk visi tentang peradaban yang dijiwai oleh kesadaran akan pentingnya warisan budaya, di mana setiap individu mengerti dan menghargai nilai filosofis-religius yang mengalir dalam setiap aspek kehidupan. Tentu untuk menunjukkan kepada dunia, sebuah model koeksistensi harmonis antara kekuasaan, budaya, dan spiritualitas.

 

Hadirin sekalian,

Atas visi yang diilhami oleh kebijaksanaan Pangeran Mangkubumi itu pula, pada saat ini, Keraton Yogyakarta bertekad memompa semangat kebudayaan Jawa, mempertahankan tradisi yang mencerminkan filosofi mendalam, tentang kehidupan, dan alam semesta, yang tercermin dalam prosesi upacara adat. Setiap upacara adat yang diwariskan, dari ritual harian hingga peringatan besar keagamaan dan pemerintahan, adalah cermin dari harmoni kosmik dan tatanan sosial.

Keraton Yogyakarta, memandang upacara adat bukan hanya sebagai peristiwa, melainkan cerita hidup yang dijalin dengan nilai-nilai estetis, filosofis, dan spiritual. Sebuah ekspresi dari cita-cita akan masyarakat yang utuh, di mana kekuatan dan kelembutan; tradisi dan inovasi; baik bersifat individual maupun kolektif, bersatu dalam nafas kehidupan yang abadi.

Dalam semesta kehidupan, dimana harmoni dan keberkahan bersatu dalam doa dan perayaan, upacara adat Keraton Yogyakarta, menjadi medium suci untuk memohon keselamatan dan keberkahan universal. Setiap detil dari upacara adat—mulai dari ubarampe hingga tahapan ritual—adalah jembatan antara manusia dengan alam, asal-usul dan tujuan hidup, serta ikatan sakral antara raja, rakyat, dan Sang Pencipta.

Upacara adat sendiri, yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta, pada khususnya mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu: Pertama, Fungsi Spiritual, dimana upacara adat memberikan petunjuk atau gambaran hubungan manusia dengan Tuhan. Kedua, Fungsi Sosial, dimana Upacara adat melibatkan individu-individu warga masyarakat, yang dilandasi oleh kepercayaan dan keyakinan, sehingga dapat menciptakan kerukunan sosial, dan membawa dampak terwujudnya ketenangan, ketentraman dan kesejahteraan hidup. Dan Ketiga,  Fungsi Pelestarian Lingkungan Fisik atau Alam, dimana  di balik konsepsi keyakinan, yang tertuang dalam mitos-mitos dan upacara adat, yang dianggap sakral dan keramat tersebut, terkandung kearifan lokal yang dapat berfungsi sebagai mekanisme kontrol lingkungan yang cukup efektif, sehingga masyarakat akan memperoleh manfaat ekologis yang cukup besar.

Demikian pula halnya dengan upacara adat bagi entitas individual, yang mencerminkan nilai “Sangkan Paraning Dumadi”, yang dapat dimaknai sebagai perjalanan spiritual menuju "jalma utama", "sarira bathara" atau insan kamil, manusia paripurna yang menggambarkan “sejati- jatining satriya” atau “sejati-jatining manungsa” yang sudah sampai pada tataran “kesempurnaan”. Ia adalah sosok yang memiliki ciri-ciri harmonis lahir-batin, jiwa-raga, intelektual-spiritual dan ”kepala-dada”-nya, yang akan melahirkan nilai-nilai humanisme

Kesemua fungsi itu, mengerucut pada nilai utama “Hamemayu Hayuning Bawono”. Secara harfiah, arti “Hamemayu Hayuning Bawono”, adalah membuat dunia menjadi “hayu” atau indah dan “rahayu”, yang dapat didefinisikan sebagai selamat dan lestari. Makna yang lebih dalam dari ungkapan ini, adalah sikap dan perilaku manusia yang selalu mengutamakan harmoni, keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam lingkungannya. Muara dari sikap “Hamemayu Hayuning Bawono”,  adalah  terwujudnya peradaban yang “panjang, punjung gemah ripah loh jinawi, tata, tentrem, kerta tur raharja”.

 

Hadirin sekalian,

Di tengah arus perubahan zaman, dimana upacara tradisi kian terlupakan, terjepit antara tuntutan ekonomi dan kepraktisan, kerap muncul pertanyaan: “Apakah kita akan membiarkan warisan budaya lenyap, dilupakan oleh arus modernitas yang tak terbendung?” Itulah sejatinya alasan, dilaksanakannya pameran ini. Dinding keraton menjadi saksi bisu, dimana upacara adat masih eksis, dilaksanakan dengan penuh kesungguhan dan keutuhan, sebagai bentuk syukur dan komitmen tak tergoyahkan atas warisan leluhur. Bukankah ini membuktikan bahwa di tengah tantangan zaman, masih ada ruang utopia, di mana nilai-nilai filosofis dan estetis dari masa lalu, dapat terjaga dan terus menginspirasi generasi yang akan datang?

Dengan visi atas pelestarian budaya seperti itulah, saya mengapresiasi pameran ini, dan mengundang masyarakat luas untuk mengunjungi pameran bertajuk "Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta" yang berlangsung pada tanggal 9 Maret sampai dengan 25 Agustus 2024, sebagai diorama yang menyajikan pelbagai upacara adat Keraton Yogyakarta.

Pungkas kata, semoga pameran ini menjadi sarana inspirasi dan jendela informasi bagi masyarakat, untuk memahami dan menginterpretasikan khasanah upacara adat Keraton Yogyakarta. Tentu, sebagai  sebuah upaya nyata,  menuju pemahaman yang lebih luas, agar kebudayaan dapat terus hidup, dan berkembang di tengah perubahan dunia.

Sekian, terima kasih.



Pagelaran Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, 8 Maret 2024



HAMENGKU BUWONO X