BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sambutan MALAM TIRAKATAN HARI PENEGAKAN KEDAULATAN NEGARA

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

dan Salam Sehat Sejahtera teruntuk kita semua,



Hadirin sekalian, peserta tirakatan yang dirahmati Allah,

 

Tanggal 13 Maret 1755, bertepatan dengan Kemis Pon tanggal 29 Jumadil'awal tahun Be 1680 dalam Kalender Jawa, telah resmi  dicanangkan sebagai Hari Jadi Daerah Istimewa Yogyakarta, seiring penetapan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2024.

 

Kala itu, di tengah heningnya Hutan Beringan, dimana dedaunan seakan membawa pesan dari masa lalu, dan angin membisikkan asa akan masa depan, sebuah momen sakral dalam lembaran sejarah Yogyakarta mulai terukir.

 

Sri Sultan Hamengku Buwono I, yang dikenal pula sebagai Pangeran Mangkubumi, telah mengucapkan sabda yang menjadi tonggak: "Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat". Momentum itu, tidak hanya sekedar penanda waktu atau peristiwa.

 

Ia adalah manifestasi dari visi dan keberanian sebuah bangsa, untuk membangun peradaban inklusif yang maju, berdaulat, dan bermartabat, memancarkan nilai moral “Manunggaling Kawula Gusti”. Sehingga, meskipun istana sebagai simbol kebesaran masih belum berdiri, titik awal berdirinya Ngayogyakarta Hadiningrat, telah dilengkapi dengan elemen pemerintahan, wilayah, dan rakyatnya.

 

Momentum itu juga merefleksikan perjalanan peradaban yang akan terus bergema, mengingatkan kita pada kekuatan cita-cita, merefleksikan keberanian untuk memulai, dan kemuliaan mempertahankan nilai-nilai kejuangan, dalam upaya menjaga martabat kebangsaan, yang saat itu tengah digerogoti kolonial.

 

Dalam sakralitas momentum itu, tersemat pula rangkaian doa dan asa, seiring munculnya nama "Ayodhya", yang bertransformasi menjadi "Ngayodhya" dan "Ngayogya". Nama tersebutlah, yang akhirnya mengilhami penamaan "Ngayogyakarta Hadiningrat", merefleksikan gambaran tentang sebuah nagari yang makmur, sekaligus juga menjabarkan sebuah model peradaban ideal, bagaimana kesejahteraan manusia merefleksikan keindahan semesta.



Peserta tirakatan yang dirahmati Allah,

 

Pada malam ini, kita dipandu menuju gerbang pemahaman, bahwa berdirinya "Ngayogyakarta Hadiningrat" yang esensinya adalah tentang penciptaan ruang bagi pertumbuhan intelektual dan spiritual, sebuah lansekap di mana manusia dan alam bersatu dalam harmoni, memancarkan Trilogi “Hamamayu Hayuning Bawana”, “Mangasah Mingising Budhi”, dan “Memasuh Malaning Bumi”.

 

Untuk itu, malam Tirakatan ini, sama halnya dengan laku spiritual, dengan memusatkan kekuatan batin, agar dapat menunaikan cita-cita perjuangan pendirian DIY, seiring visi yang disabdakan oleh suwargi Sri Sultan Hamengku Buwono I, berlandaskan istiqomah: konsisten, konsekuen, dan berkelanjutan.

 

Malam ini juga dianjurkan menjadi momentum retrospeksi, mengenang jasa para pendiri DIY, seraya mendoakan, agar arwah para syuhada bangsa itu, memperoleh pahala sesuai amal-bhaktinya, serta diterima di haribaan-Nya, dan diampuni dosa-dosanya.

 

Seiring doa yang terpanjat, marilah memulai aktualisasi makna hari jadi ke-269 DIY, dalam bingkai keyogyaan, mengaktualisasi tema: Maju, Sejahtera, Berkelanjutan, Dijiwai Kebudayaan dan Keistimewaan.

 

Rangkaian semangat dalam tema itu, dapat dimaknai sebagai upaya mencapai Kemajuan, yang diderivasi melalui inovasi dan keadilan, sebagai inti dari transformasi masyarakat. Kemajuan dapat pula dimaknai, sebagai sebauah era, di mana kearifan lokal dan ilmu pengetahuan berpadu sempurna dengan prinsip keadilan.

 

Adapun terkait Kesejahteraan, mewujud pada cita-cita untuk mewujudkan eksositem sosial yang sejahtera, melalui pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat secara layak dan adil, dijamin oleh sistem yang dirancang untuk efisiensi dan keadilan.

 

Berkelanjutan, dapat dimaknai sebagai integrasi antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian sumber daya alam, dicapai melalui penerapan teknologi, yang memungkinkan kita untuk hidup selaras dengan alam.

 

Di sisi lain, Kebudayaan, harus diinterpretasikan ulang melalui lensa kemajuan, di mana nilai dan identitas budaya, diperkuat dan dilestarikan melalui inovasi, menjadikannya lebih relevan di tengah masyarakat modern, tanpa menghilangkan esensi kearifannya.

 

Demikian pula, Keistimewaan DIY, harus ditegakkan dalam konteks teknokratis dan outcome, dengan mengintegrasikan program-program pembangunan yang unik dan pemanfaatan teknologi, menciptakan pembangunan yang tidak hanya harmonis, tetapi juga berdampak nyata.

 

Kesemua itu, dapat dicapai, dengan didukung penyelenggara negara yang bekerja cerdas dan berintegritas; pendidik dan pelajar yang kreatif dan ikhlas berlandaskan keilmuan; rohaniawan yang mengamalkan kesalehan ritual dan kesalehan publik; wirausahawan yang inovatif; dan didukung oleh warga yang kreatif serta berkeadaban.

Dengan perenungan seperti itu, marilah kita ikuti Malam Tirakatan ini, dengan berpasrah diri ke haribaan Tuhan Sang Kuasa Cipta, agar kita semua senantiasa ditunjukan jalan lurus-Nya. Akhirul kalam, semoga Allah SWT berkenan melimpahkan berkah dan hidayah-Nya, bagi kesejahteraan dan keselamatan seluruh masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.

 

Sekian, terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.






Yogyakarta, 12 Maret 2024

 

GUBERNUR

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,





HAMENGKU BUWONO X