BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

AMANAT UPACARA PERINGATAN HARI JADI KE-269 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua.



Para peserta upacara, yang saya hormati dan saya banggakan,

 

MARILAH kita panjatkan puji-syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa atas perkenan-Nya, sehingga kita dapat merayakan Hari Jadi Ke-269 Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam suasana penuh khidmat dan sahaja.

 

Saya, mewakili Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, mengucapkan: “Selamat Hari Jadi Ke-269 Daerah Istimewa Yogyakarta”. Peringatan ini, hendaknya diiringi introspeksi dan retrospeksi, seraya mengenang sejarah perjalanan Daerah Istimewa Yogyakarta, sejak mulai berdirinya, hingga saat ini.



Para peserta upacara, yang saya hormati dan saya banggakan,

 

Penetapan tanggal hari jadi Daerah Istimewa Yogyakarta, merujuk pada perjalanan sejarah, yang mencapai titik penting pada Tanggal 13 Maret 1755, atau selaras dengan penanggalan kalender Jawa, Kemis Pon, 29 Jumadil'awal tahun Be 1680.

 

Saat itu, di Hutan Beringan, Sultan Hamengku Buwono I, secara resmi mendeklarasikan berdirinya "Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat". Momentum itu, sekaligus juga menandakan pembentukan negara dan pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, lengkap dengan elemen pemerintahan, wilayah, dan rakyatnya, meskipun istana belum terbangun.

 

Dalam sakralitas momentum itu, tersemat pula rangkaian doa dan asa, seiring munculnya nama "Ayodhya", yang bertransformasi menjadi "Ngayodhya" dan "Ngayogya". Nama tersebutlah, yang akhirnya mengilhami penamaan "Ngayogyakarta Hadiningrat", merefleksikan gambaran tentang sebuah nagari yang makmur, sekaligus juga menjabarkan sebuah model peradaban ideal, bagaimana kesejahteraan manusia merefleksikan keindahan semesta.

 

Dalam konteks kosmologi Jawa, Ngayogyakarta diresmikan sebagai nama dari sebuah entitas baru, yang membawahi setengah dari wilayah Mataram, dan juga menjadi nama ibu kotanya. Persamaan antara nama negara dan ibu kota  menunjukkan sebuah hubungan transendental, bahwa ibu kota tidak hanya berfungsi sebagai pusat administrasi atau perdagangan, tetapi juga sebagai representasi dari “nagari” secara keseluruhan. Demikian pula, kata "Hadiningrat" menegaskan visi untuk menjadikan “nagari” ini sebagai sumber inspirasi bagi dunia melalui keindahan, keutamaan, dan kesejahteraannya.

 

Selanjutnya, apabila ditinjau dari dimensi sejarah perjuangan kemerdekaan, tanggal 13 Maret 1755, juga menandakan titik tertinggi, dari semangat perjuangan yang diusung oleh Pangeran Mangkubumi. Momentum ini menjadi saksi, gigihnya upaya merebut independensi, dari cengkeraman kolonial Belanda, seiring upaya mendirikan sebuah peradaban baru yang berjuluk “Ngayogyakarta Hadiningrat”.



Para peserta upacara yang saya hormati,

 

Hari Jadi Daerah Istimewa Yogyakarta, ditetapkan dengan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2024 tentang Hari Jadi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan pada dirgahayunya yang ke-269 pada tahun ini, Daerah Istimewa Yogyakarta mencanangkan cita-cita yang terbingkai dalam tema: Maju, Sejahtera, Berkelanjutan, dijiwai Kebudayaan dan Keistimewaan.

 

Adapun terkait Kesejahteraan, mewujud pada cita-cita untuk mewujudkan eksositem sosial yang sejahtera, melalui pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat secara layak dan adil, dijamin oleh sistem yang dirancang untuk efisiensi dan keadilan.

 

Berkelanjutan, dapat dimaknai sebagai integrasi antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian sumber daya alam, yang dicapai melalui penerapan teknologi, yang memungkinkan kita untuk hidup selaras dengan alam.

 

Di sisi lain, Kebudayaan, harus diinterpretasikan ulang melalui lensa kemajuan, di mana nilai dan identitas budaya, diperkuat dan dilestarikan melalui inovasi, menjadikannya lebih relevan di tengah masyarakat modern, tanpa menghilangkan esensi kearifannya.

 

Demikian pula, Keistimewaan DIY, harus ditegakkan dalam konteks teknokratis, dengan mengintegrasikan program-program pembangunan yang unik dan pemanfaatan teknologi, menciptakan pembangunan yang tidak hanya harmonis, tetapi juga berdampak nyata.

 

Untuk itulah, momentum hari jadi kali ini, sekaligus menjadi sebentuk alarm untuk “gumregah”, dengan menyerap esensi perjuangan yang telah diukir Mataram Islam dan Kasultanan Yogyakarta. Keduanya, mencerminkan benteng yang tak tergoyahkan oleh gelombang kolonialisme, dalam memelihara esensi Indonesia.

 

Hari ini juga menyiratkan seruan, untuk menghargai sesama manusia, sekaligus membangkitkan kecintaan, terhadap bumi dan budaya Yogyakarta. Hari jadi, juga menjadi momentum untuk menghormati pengorbanan para pendiri “Ngayogyakarta Hadiningrat”, para pahlawan, dan para pendahulu, yang telah memperjuangkan kemerdekaan, dan merintis eksistensi Daerah Istimewa Yogyakarta.

 

Insya Allah, semangat keberanian akan menjadi nyala yang memandu setiap langkah, menuju masa depan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang adil sejahtera, serta menjadi sumber inspirasi, bagi bangsa Indonesia dan dunia. Sehingga untuk mencapai tataran tersebut, menjadi tugas kita bersama, baik jajaran pemerintahan dan segenap masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk “manungga-nyawiji” dalam mewujudkan “hidup, kehidupan dan penghidupan baru” yang lebih sejahtera.

 

Akhir kata, dengan pesan dan harapan seperti itulah, saya mengajak kita semua untuk “mangayubagya” sekaligus mendoakan kemaslahatan Daerah Istimewa Yogyakarta, di hari jadinya yang ke 269 ini. Semogalah kedamaian, keberkahan, dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa menyertai kita semua.

 

Sekian, terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Yogyakarta, 13 Maret 2023

 

GUBERNUR

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,




HAMENGKU BUWONO X