BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN PERINGATAN HARI BAPAK PRAMUKA INDONESIA




Gubernur

Daerah Istimewa Yogyakarta



Sambutan dan Pengarahan


Peringatan Hari Bapak Pramuka Indonesia:

?INSPIRASI DARI BAPAK PRAMUKA INDONESIA,

DARI YOGYAKARTA UNTUK INDONESIA?

Gerakan Pramuka Kwarda DIY

?

?


Zoom Meeting, 11 April 2021


--------------------------------------------------------------------------


Assalamualaikum wr. wb.

Salam sejahtera untuk kita semuanya,


Para Pengurus Gerakan Pramuka Kwarda DIY

beserta seluruh Peserta Zoom Meeting yang saya banggakan,


DI perbukitan kering Imogiri, pohon-pohonnya terkesan bertahan dari ganasnya cuaca. Dalam konteks ini, kita barangkali juga seperti itu. Mencoba menanamkan akar dalam-dalam ke masa lalu, ketika membuka kenangan akan pribadi Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang disemayamkan di Makam Imogiri. Banyak orang sering menyebutnya sebagai seorang Pemimpin-Negarawan, Sosok Demokrat Berjiwa Kerakyatan, Pemimpin=Peneladan, Kusuma Bangsa, dan sebagainya.


Esok hari, 12 April 2021, jikalau wadah masih sug?ng akan memasuki yusw? 109 tahun. Oleh sebab itu, adalah tepat saatnya jika pada Sarasehan dan Renungan pada sore hari ini, kita merefleksi: Siapakah sejatinya Ngars? Dal?m Sinuwun Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu, yang hari ini kita kenang sebagai Bapak Pramuka Indonesia?


Embrio Pramuka berawal dari ?All Indonesian Jamboree? di Yogyakarta tahun 1941, momen terbentuknya Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia. Refleksi ini membawa pesan, kita harus memahami semangat kelahiran Pramuka sebagai Kader Bhayangkara NKRI, guna mewujudkan motto perjuangannya: ?Satyaku Kudarmakan, Darmaku Kubaktikan? ?sebuah pengabdian tanpa henti bagi bangsa, negara dan masyarakat.

?


Dalam napak-tilas jejak-jejak sejarah Beliau, hendaknya disertai meresapi makna Dharmaning Pramuka yang terkandung dalam Kode Kehormatan Pramuka: Dasa Dharma, Dwi Dharma dan Satya Dharma Pramuka. Lebih dari itu, dalam napak-laku Beliau, hendaknya mengingat kembali kekhasan Pramuka Indonesia yang diungkapkan oleh Beliau pada Kongres Kepanduan Dunia di Tokyo tahun 1971, dalam pidato monumental: ?The Trend in Scouting?. Sebelumnya, pada Jambore Dunia Ke-13 di Shizuoka, Beliau berkemah dan memasak nasi goreng untuk sarapan bersama. Meski menjabat Wakil Presiden RI, saat Perkemahan Wirakarya di Malang pada 1978, kebiasaan itu tetap dilakukannya, bukan untuk pencitraan, tapi memang sudah terbiasa. Tentu saja hal ini merepotkan protokoler pengamanannya.


Para Penggerak Pramuka se-DIY yang saya banggakan,


KALAU di tingkat dunia memiliki Bapak Pandu Dunia, Lord Baden Powell, sebagai Pendirinya pada tahun 1907, di Indonesia,?Pendirinya adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Secara resmi Gerakan Pramuka diperkenalkan pada 14 Agustus 1961 setelah Presiden Soekarno memberikan Panji Gerakan Pramuka dengan Keputusan Presiden RI Nomor 448 Tahun 1961.


Sri Sultan HB IX sejak mudanya memang sudah menggeluti dunia kepanduan sebelum Gerakan Pramuka lahir. Berkat pribadi dan kebijakannya, Gerakan Pramuka bisa menjadi wadah penyatuan dari berbagai organisasi kepanduan di Indonesia. Istilah Pramuka sendiri, terinspirasi dari kata P?r?muk? atau ?pasukan terdepan dalam perang?. Kemudian diejawantahkan menjadi ?Muda Praja Karana?, yang berarti ?Jiwa Muda yang Suka Berkarya?.


Cerminan jatidiri Pramuka itu wajib menjadi ?pembawa ketenangan saat kerusuhan, pembawa kedamaian saat kekalutan, pembawa kegembiraan saat kesedihan, pembawa kepastian saat kebimbangan, dan menjadi penyelamat di tengah bahaya?. Oleh sebab itu, di saat pandemi Covid-19 inilah semangat kerelawanan itu harus dibuktikan dan dibaktikan. Bagi yang kompeten, bisa menjadi Relawan Kesehatan, atau sekedar meringankan beban dengan memberi penghiburan dan santunan bagi mereka yang terdampak.


Saat inilah, watak Pramuka yang rela berkorban sebagai penolong budiman itu diaktualiasikan, agar orang lain selamat. Singkat kata, Pramuka benar-benar diharapkan hadir dalam setiap musibah. Tetapi, benarkah watak mulia itu sudah menjadi semangat Pramuka masakini? Hanya para Pramuka sendiri yang harus membuktikannya. Realisasinya, agar saat memasuki jenjang Pandega, sudah siap dan mampu mand?gani untuk memimpin. Selain itu, di saat dinamika media sosial tak terkendali, Pramuka harus menjadi pewarta yang benar dalam memuat dan mewartakan berita atau informasi dan data.

?


Memang, sejarah Pramuka berhubungan erat dengan sosok Beliau yang menjabat Ketua Kwartir Nasional pertama hingga empat periode sampai dengan 1974. Misalnya, pada September 1974, Sri Sultan HB IX melakukan penggalangan dana untuk membantu pendidikan anggota Pramuka. Saat itu, Beliau melelang mobil miliknya, Holden Statesman keluaran terbaru.


Bahkan sebelum negara menetapkan, Munas Pramuka 1988 di Dilli telah mengukuhkan gelar Bapak Pramuka Indonesia, karena Beliau mencerminkan seorang guru dan panutan bagi Gerakan Pramuka. Selain itu, juga menerima ?Bronze Wolf Award?, penghargaan tertinggi dari World Organization of the Scout Movement (WOSM). Sebelumnya, tahun 1972, Beliau diberi penghargaan Silver World Award dari Boy Scouts of America.


Tetapi, dalam memperingati Hari Bapak Pramuka Indonesia ini, kita jangan sampai terjebak pada pengkultusan diri. Karena sesungguhnya, Beliau tidak pernah mengharapkan gelar-gelar sanjungan itu. Beliau telah mewasiatkan kepada kami semua, jangan sekali-kali mengkultuskannya. Dan benar! Sanjungan, pengkultusan tidak ada gunanya buat Almarhum. Sebab kesederhanaan adalah letak kharismanya. Ketulusan adalah titik api kekuatannya. Kerakyatannya menjadi ilham pemimpin-pemimpin bangsa ini.


Para Penggerak Pramuka se-DIY yang saya banggakan,


SAAT ini adalah kesempatan yang baik untuk saya bisa berbagi cerita pengalaman hidup yang tidak akan terlupakan. Pada waktu itu, Beliau meminta saya memilih ?mukti atau muly??. Secara spontan saya matur memilih mukti. Sebab, meski nanti tidak kaya, tapi pikiran dan tenaga saya bisa berguna bagi masyarakat, utamanya DIY dan Indonesia. Setelah itu saya diminta untuk sanggup melaksanakan Lima Janji kepada Beliau. Kemudian, pesan itu saya tuangkan menjadi inti-sari Pidato Jum?n?ngan pada 7 Maret 1989 sebagai ?Ham?ngku Buwono Tekadku?, bahwa saya berjanji:

  1. Untuk lebih banyak memberi daripada menerima.
  2. Untuk tidak memiliki prasangka, perasaan iri dan dengki, serta tetap merengkuh orang lain, biarpun yang bersangkutan merasa tidak senang, bahkan menaruh kebencian sekali pun.
  3. Untuk tidak melanggar paug?ran Negara.
  4. Untuk lebih berani mengatakan yang benar adalah benar, dan yang salah adalah salah.
  5. Untuk tidak memiliki ambisi apa pun, kecuali hanya demi menyejahterakan Rakyat.


Untuk janji keempat itu, saya sempat menyela atur: Maksudnya lebih berani dari siapa? Beliau pun menegaskan, agar lebih berani dari Beliau sendiri.

?


Karena selama hidup, Beliau lebih sering diam. Tapi ternyata sikap diamnya itu salah. Tidak merubah nasib rakyat Indonesia menjadi lebih baik.


Para Penggerak Pramuka se-DIY yang saya banggakan,


MENCOBA memahami pribadi Beliau, baik dalam sikap maupun tindakan yang seringkali tak terduga itu, sungguh ibarat memasuki hutan simbol yang rimbun. Karena di dalam pribadi Beliau, penuh tantangan, tarik-menarik antara tradisi yang preservasif dan pikiran-pikiran maju yang progresif, tetapi juga keunikan, dan sekaligus daya tarik penuh misteri yang spontan, tapi memiliki wawasan jauh ke depan.


Bisa dibayangkan, jika Sri Sultan HB IX bersama Sri Paku Alam VIII tidak menyatu ke Republik Indonesia, tentu sekarang ini kedua kerajaan ini, selain surut, dipastikan juga tidak akan menjadi Daerah Istimewa. Dalam hal ini, saya menegaskan kembali sambutan pembukaan Pameran Seni Lukis ?Tahta Untuk Rakyat? yang divisualisasikan oleh 36 pelukis Yogyakarta terkemuka. Dari pameran ini tersirat substansi pesan, bahwa perjuangan Beliau bukan sekadar ?Tahta Untuk Rakyat Yogya? saja, tetapi lebih luas, ?Dari Yogyakarta Untuk Indonesia?.


?Tahta Untuk Rakyat? ini mengesankan ?amoring kawul?-gusti?, hilangnya sekat-sekat kultural antara pemimpin dan rakyatnya. Men-demokratisasi karakter ?gung-binath?r? mbahu-d?nd? nyakrawati? dan hanya meninggalkan sifat ?amb?g adil p?r?mart??-nya saja. Didahului dengan Piagam Penetapan Kedoedoekan oleh Presiden Soekarno pada 19 Agusrus 1945, diterbitkanlah Amanat 5 September 1945. Maknanya, dari sebuah kerajaan mardik? dan berdaulat men-dekonstruksi diri dan me-mandatkan kerajaan luluh-menyatu ke dalam Republik Indonesia, sekaligus men-desakralisasi pranata budaya lama yang dipandang sudah usang.


?

Ketika itu, Beliau juga menegaskan, bahwa Nagari Ngayogy?kart? Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah Daerah Istimewa sebagai bagian dari Republik Indonesia. Selanjutnya semua kekuasaan Nagari Ngayogy?kart? Hadiningrat dipegang sepenuhnya oleh Beliau, bahkan di samping itu ada beberapa kekuasaan lain pun di tangan Beliau sepenuhnya pula.


?

Itulah ruh keistimewaan DIY: jiwa mardik?, sifat pras?j?, tulus-ikhlas dalam pengabdian bagi negara-bangsa, diharapkan mampu menggugah inspirasi para Penggerak Pramuka dengan memberi semangat, gr?g?t, dan harga diri, s?ngguh, untuk Yogyakarta-Gumr?gah. Meski kukuh-ora mingkuh pada struktur, tapi lentur dalam laku dan tumindak selaras dengan kahanan. Kokoh dalam tapak, teguh dalam tindak. Dengan dibukanya pintu-pintu kraton, mengubah domain privat, cihnaning pribadi dan pr?j? cihn? ke domain publik, bagi rakyat semata.

?


Saat Beliau mangkat, melalui telinga-batin seakan terdengar-sayup t?mbang tlutur yang biasa mengiringi seorang ksatria yang gugur: ?Sur?m-sur?m diwangk?r? kingkin, lir mangusw? kang layon...?. Suram-suram matahari pun seakan ikut berduka, bagaikan memandang jenasahnya... Dan, batin kita pun ikut menangis. Di tangga naik ke peristirahatan, siang itu, Kamis 6 Oktober 1988, seorang wanita berpakaian Jawa, duduk bersimpuh dan tersedu, ?Ngarsa Dal?m sampun surut, Dhuh Gusti...?


Sebelum mengakhiri sambutan ini, marilah kita memanjatkan puji-syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, seraya mengirimkan doa bagi Almarhum dengan melafalkan Surah Al-Fatihah guna melapangkan jalan Almarhum menghadap Sang Khalik.


Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, agar pikiran-pikiran dan tindakan Ngars? Dal?m Sinuwun Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang visioner mendahului zamannya, dapat menjadi inspirasi bagi generasi Muda Praja Karana, calon pemimpin bangsa.


Sekian, terima kasih.

Wassalamualaikum wr. wb.



Yogyakarta, 11 April 2021


GUBERNUR

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,




HAMENGKU BUWONO X