BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEKAN BUDAYA TIONGHOA YOGYAKARTA Ke-18 TAHUN 2023 Kampung Ketandan, 30 Januari 2023

Assalamu?alaikum wr. wb.

Semoga keselamatan, keberkahan,

dan rahmat Thian menyertai kita semua,

?

Para Hadirin yang saya hormati,

khususnya Warga Tionghoa yang berbahagia,



PUJI-SYUKUR kita panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas ijin-Nya kita dapat hadir dalam pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Ke-18 Tahun 2023 ini. Rasa syukur itu semakin bermakna, karena kita bisa merasakan suasana kehidupan yang menandai, betapa kayanya keragaman suku-suku bangsa yang hidup di Jogja, sebagai taman sarinya Indonesia.

Suasana guyub-rukun ini perlu kita hidup-hidupkan, khususnya menjelang pesta demokrasi serentak tahun 2024. Atas situasi itu, kita harus berhati-hati dalam perkataan dan tindakan, agar tidak disalahartikan, yang bisa berakibat renggangnya kohesi sosial. Untuk itulah, momen Pekan Budaya Tionghoa saya anggap sebagai rintisan kultural dalam kehidupan berbangsa, seiring tema-nya ?Bangkit Jogjaku untuk Indonesia?.



Para Hadirin yang saya hormati,

khususnya Warga Tionghoa yang berbahagia,

?

DALAM ikut mensyukuri Tahun Baru Imlek 2574 pada 22 Januari 2023 yang lalu, baik dalam kapasitas Gubernur maupun selaku pribadi, saya ikut mengucapkan: ?Selamat, semoga banyak rezeki? ?Gong Xie Fat Chai.

?

Konon, dalam kosmologi China, unsur air dalam tahun Kelinci Air ini membawa aura kelembutan dan sikap adaptif. Kelembutan dan adaptasi inilah yang berpeluang menciptakan kedamaian guna memperkokoh persatuan dan kesatuan di tengah berbagai kebhinnekaan.

Mirip dengan budaya Tionghoa, dalam budaya Jawa, elemen air? memiliki sifat luwes namun menyimpan kekuatan. Dalam keadaan normal, air mempunyai sifat tenang, tidak pernah menghancurkan atau menyingkirkan benda-benda yang menghalangi arusnya. Andai ada batu atau pohon, air senantiasa melaluinya dengan amat ?luwes?, air itu melewati halangan tanpa adanya korban.

?

Harapan kita sebagai bangsa, tentu agar penanda makro kosmos itu bisa dikonversi menjadi kaidah penuntun hidup mikro kosmos dalam kehidupan bermasyarakat-bangsa. Tindak lanjutnya, kita tidak hanya berhenti memaknainya sekadar pada ajaran kebaikan semata, tetapi hendaknya bisa di-alir-kan menjadi ujaran dan perbuatan kebaikan yang menyejukkan bagi sesama anak bangsa.



Para Hadirin yang saya hormati,

khususnya Warga Tionghoa yang berbahagia,

?

DALAM kaitan itu, Pekan Budaya ini, dapat menjadi peristirahatan sejenak, untuk merenung kembali bagaimana membangun semangat keIndonesiaan yang kini kerap terlanda oleh hawa panas, baik dari dalam maupun luar negeri, yang bisa berpotensi menjadi disintegrasi sosial.

?

Pekan Budaya kali ini juga menjadi momentum aktualisasi. Jika budaya memang menjadi ciri suatu bangsa, yang diperoleh lewat proses belajar dan interaksi, maka proses itu tentunya adalah proses integratif dalam hidup yang penuh toleransi. Hal ini, selaras dengan sejarah bangsa Tionghoa di Nusantara berabad-abad lalu, yang datang dari Fujian, Tiongkok Selatan, dan telah berakulturasi menjadi bangsa Indonesia.

?

Proses akulturasi itu menghasilkan berbagai ragam bahasa, masakan, kesenian, dan hasil karya-karya unik dan diakui sebagai khas daerah, selain memperkaya bahasa lokal dari serapan bahasa China. Upaya saling memahami budaya antaretnik sungguh penting, sebab merupakan cikal-bakal terciptanya kedamaian permanen dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

?

Oleh sebab itu, setiap Pekan Budaya yang digelar setiap tahun ini, hendaknya selalu diusahakan sebagai media yang mengarah ke integrasi sosial-budaya. Seperti halnya Wayang Potehi yang mengadopsi wayang kulit menjadi Wacinwa, Wayang Cina-Jawa.

Dalam perspektif ekonomi, Pekan Budaya ini tentu dampak ekonominya juga tidak hanya berputar di seputar Kampung Ketandan saja. Tetapi juga juga bisa menjadi sarana mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi dan kesalahpahaman sosial-budaya.

Dengan visi dan harapan seperti itulah, Pekan Budaya ini sudah selayaknya? diwujudkan sebaagai integrasi sosial, ekonomi dan budaya menuju Indonesia Baru yang lebih menyatu. Maka, seraya mengucap ?Bismillahhirahmannirahim?, maka Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Ke-18 Tahun 2023 ini saya nyatakan dibuka secara resmi.

?

Akhir kata, semoga Thian, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkenan melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, agar kita mampu meneguhkan semangat kebangsaan yang lebih terpadu dan menyatu.

?

Sekian, terima kasih.

Wassalamu?alaikum wr. wb.



Yogyakarta, 30 Januari 2023

?