BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SAMBUTAN BRINGING THE COSMOLOGICAL AXIS OF YOGYAKARTA TO THE WORLD

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.


Yang saya hormati :

  1. Para Duta Besar Negara Sahabat atau yang mewakili;

  2. Staf Ahli Bidang Hubungan Antarlembaga Kementerian Luar Negeri, Bapak Duta Besar Muhsin Syihab;

  3. Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi;

  4. Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;

  5. Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi;

  6. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

  7. Hadirin sekalian.


Atas nama pribadi dan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, pertama-tama kami ingin menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Bapak dan Ibu sekalian yang telah berkenan hadir pada acara ini dengan agenda salah satunya adalah memperkenalkan lebih lanjut tentang Sumbu Filosofi Yogyakarta yang sedang kami ajukan sebagai Warisan Dunia.

Sebelumnya, pada 14 Juli yang lalu kami juga telah mengundang para Duta Besar negara anggota WHC untuk hadir pada acara ?Bringing the Cosmological Axis to the World? di Yogyakarta. Namun, karena bersamaan dengan Pertemuan Para Menteri Luar Negeri se-ASEAN (AMM-PMC) di Jakarta dan beberapa acara lainnya, tidak semua duta besar dapat hadir. Untuk itu, kami berterima kasih kepada Kementerian Luar Negeri yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk menjelaskan mengenai Sumbu Filosofi Yogyakarta pada hari ini.

Sumbu Filosofi Yogyakarta atau Cosmological Axis of Yogyakarta adalah konsep tata ruang wilayah Yogyakarta yang dikembangkan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755. Sumbu filosofi, dengan Keraton berada di tengah-tengahnya, dibangun berdasarkan konsepsi Jawa dengan mengacu pada bentang alam yang ada, seperti gunung, laut, sungai, serta daratan.

Prinsip utama yang dijadikan dasar perencanaan tata ruang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah konsepsi Hamemayu Hayuning Bawono, yang berarti memperindah dan melestarikan keindahan dunia. Tim penilai warisan dunia UNESCO yang datang ke Yogyakarta beberapa waktu yang lalu untuk meninjau secara langsung Kawasan Sumbu Filosofi ini mengatakan bahwa konsep dasar tersebut persis dengan apa yang dikenal oleh warga dunia saat ini dengan sebutan Sustainable Development Goals (SDGs), yang pada prinsipnya bertujuan untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi umat manusia dan bumi yang ditinggalinya. Konsep SDGs ini sudah ada di Yogyakarta bahkan sejak abad ke-18 dan terus dipegang teguh oleh masyarakat Yogyakarta hingga saat ini.

Sebagai contoh konkret misalnya, lokasi pembangunan Kraton Yogyakarta dipilih dekat dengan sumber mata air, yaitu Umbul Pacethokan. Kontur tanah wilayah bangunan keraton dipilih yang lebih tinggi dari sekitar, sehingga tampak seperti berada di atas punggung kura-kura, dengan diapit oleh enam sungai: tiga sungai di sebelah timur dan tiga sungai di sebelah barat, sehingga terbebas dari banjir. Aneka vegetasi juga ditanam di sekitar kawasan sumbu filosofi. Selain sebagai perindang, tanaman-tanaman tersebut menjadi media untuk menambatkan makna dan falsafah kehidupan. Berbagai vegetasi ini pun terus dilestarikan hingga saat ini.


Bapak-Ibu, hadirin yang berbahagia,


Saat ini, Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta tengah mengajukan Sumbu Filosofi Yogyakarta untuk menjadi warisan dunia. Hal ini merupakan keinginan masyarakat Yogyakarta khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya untuk ikut melestarikan warisan budaya umat manusia. Keinginan itu lahir dengan didorong oleh semangat Konvensi UNESCO untuk Warisan Dunia Tahun 1972 yang menyatakan bahwa warisan budaya yang memiliki nilai universal luar biasa harus dilestarikan sebagai warisan seluruh umat manusia. Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan karya kreatif jenius luar biasa yang kaya akan nilai-nilai universal. Sumbu filosofi merupakan kristalisasi penghayatan manusia Jawa tentang nilai-nilai yang harus dimiliki manusia agar tercipta dunia yang indah, nyaman, dan tentram.


Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,


Mengapa kami mengajukan Sumbu Filosofi agar ternominasi sebagai warisan dunia? Karena kami ingin melestarikan secara berkelanjutan nilai-nilai universal tersebut agar dapat menjadi tempat belajar bersama seluruh umat manusia dalam upaya melindungi, memelihara, dan membina keindahan serta keselamatan dunia. Kami pun berkomitmen untuk mengelola kawasan sumbu filosofi ini secara tepat agar nilai-nilai universal dan atribut warisan budaya tersebut dapat dilestarikan dan dijaga bagi kepentingan seluruh umat manusia di masa kini maupun mendatang. Dengan demikian, nilai-nilai tersebut akan dapat terus menginspirasi lebih banyak kalangan untuk menciptakan tata dunia yang lebih baik dan menguntungkan bagi semua pihak.

Kami berkeyakinan bahwa ketika Sumbu Filosofi Yogyakarta ini diterima sebagai Warisan Dunia, upaya pelestarian nilai-nilai universalnya akan dapat semakin kuat dilakukan sehingga nilai-nilai luhur yang dikandungnya akan semakin terjamin keberadaannya dan dapat diwariskan pada generasi mendatang.


Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,


Sebagai orang Jawa, kami juga memiliki falsafah Manunggaling Kawulo Lan Gusti. Kami menyadari bahwa hanya dengan kebersamaan, kerja sama, dan peran serta semua pihak di Indonesia maupun di dunia internasional, kami akan semakin dimampukan dalam mengelola dan melestarikan Sumbu Filosofi ini.

Kami juga meyakini bahwa dengan diterimanya Sumbu Filosofi sebagai Warisan Dunia, akan terbuka lebih banyak kesempatan untuk belajar dari praktik terbaik (best practices) yang telah dilakukan di tempat lain, selain mengenal dan mampu menggunakan perangkat-perangkat pelestarian yang disarankan UNESCO dengan lebih baik dan tepat.


Bapak-Ibu, hadirin yang berbahagia,


Akhirnya, pemerintah dan masyarakat Yogyakarta berharap proses nominasi Sumbu Filosofi yang sidang penetapannya akan digelar di Riyadh, Arab Saudi pada bulan September yang akan datang akan berjalan lancar. Kami berharap, dengan dukungan Bapak-Ibu sekalian, proses nominasi ini akan mendapatkan hasil yang baik untuk mendukung upaya pelestarian nilai-nilai universal yang luhur bagi peradaban manusia di masa kini dan mendatang.

Terima kasih.


Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

?

Jakarta, 10 Agustus 2023