BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sambutan PEMBUKAAN PAMERAN SENI DAN RUPA DAN PENTAS MUSIK

salamualaikum wr. wb.

Salam sehat-sejahtera untuk kita semuanya,

 

Yang terhormat Kepala Kepolisian Republik Indonesia;

 

Yang saya hormati:

  • Kapolda DIY;

  • Para Ketua Partai Politik di DIY;

  • Segenap hadirin yang berbahagia dan semoga tetap sehat,

 

MARILAH kita mengucap puji-syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkah serta rahmat-Nya, malam ini dapat terselenggara acara "Jogja Asik, Jogja Bermusik untuk Indonesia Apik", dengan tertib dan lancar.

 

Bapak Kapolri dan Para Hadirin yang saya hormati,

 

Pemilu serentak 2024, hari ini memasuki tahapan masa kampanye. Bersyukur di Jogja, tahapan tersebut berjalan lebih tertib, minim konvoi yang rentan dengan gesekan sosial. Menjadi hak asasi masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya, termasuk preferensi pilihan politiknya di masa Pemilu ini. Namun tetap dalam koridor saling menghormati, baik secara batiniah maupun lahiriah.

 

Perlu disadari bersama, bahwa saling menghormati itu bukanlah wujud kerendahdirian. Melainkan wujud kerendahhatian. Agar dapat membawa diri dengan tepat dalam pergaulan, secara sosial dan politik. Karena siapa pun dia dan bagaimanapun posisinya, setiap orang harus tetap dimanusiakan, "diuwongke". Inilah etika dan adab yang harus dijunjung, sebagai jati diri masyarakat Indonesia.

 

Dengan demikian, semua tahapan Pemilu Serentak 2024, ataupun juga Pilkada setelahnya, tidak hanya menjadi arena kontestasi politik semata bagi pesertanya, namun juga pembelajaran politik, saling "asah-asih dan asuh", untuk mendewasakan masyarakat dalam berdemokrasi.

 

Itulah tatanan hidup bersama yang disemangati dengan kemanusiaan. Karena sesungguhnya, "rahayuning manungsa dumadi karana kamanungsané", keselamatan dan kesejahteraan manusia itu dapat terwujud, bilamana nilai-nilai kemanusiaan senantiasa terjaga.

 

Bapak Kapolri dan Para Hadirin yang saya hormati,

 

Atas dasar nilai kemanusiaan dalam tatanan hidup masyarakat dalam berbangsa dan bernegara tersebut, marilah kita serukan kata damai untuk Pemilihan Serentak ini.

 

Bagaimanapun, pemilihan serentak lebih dari sekadar “olah-politik”, Pemilu adalah juga “olah-budaya” untuk meningkatkan mutu “budaya-demokrasi”, agar tumbuh subur dan kuat mengakar menjadi “budaya-rakyat”.

 

Suasana nyaman dan aman mestinya dibangun layaknya suasana "bebrayan ageng", sebuah Keluarga Besar Masyarakat Indonesia yang berbudaya serta berkeadaban.

 

Mewujudkan pemilihan serentak yang berbudaya, adalah dengan mengendalikan konflik sosial, agar terhindar dari intrik dan intimidasi, provokasi, pelecehan, ujaran kebencian, berita bohong, politik SARA dan politik uang, atau pun pencemaran nama baik.

 

Kalau pola ini diikuti, niscaya gejolak sosial yang mewarnai proses Pemilu di Indonesia dapat diminimalisir. Dan jika memang demikian adanya, maka Insha Allah, Pemilihan Serentak akan merekatkan kohesi sosial dan integrasi kebangsaan, seiring ikhtiar segenap komponen bangsa dan rakyatnya, membangun peradaban Indonesia yang “Panjang Dawa Pocapane, Punjung Luhur Kawibawane”; yang memiliki sejarah panjang, berwibawa, berdaulat, dan harum semerbak namanya.

 

Terima kasih.

 

Wassalamualaikum wr. Wb.

 

Yogyakarta, 19 Januari 2024