BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Home Berita Sendangsono Simbol Kerukunan Antar Umat Beragama

Sendangsono Simbol Kerukunan Antar Umat Beragama

Tempat peziarahan yang dijiwai oleh pesan spiritual, dengan doa kita beriman, dengan iman kita mengasihi, dengan kasih kita melayani, dengan melayani kita ingin kedamaian.

?

Untuk menjadi Katolik tidak menganggap rendah atau membenci orang yang berkeyakinan lain, tapi kita hidup bersama dengan suasana damai dihati, demikian sambutan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, pada Peresmian Penataan Kawasan Sendangsono, Peringatan 110 tahun Babtisan Pertama dan Syukur atas 74 tahun Keuskupan Agung Semarang di Kawasan Sendangsono, Kulonprogo,Yogyakarta Senin (16/6)

?

Lebih lanjut Sultan mengatakan untuk menjadi Katolik haruslah seseorang mengikuti pelajaran dari guru agama Katolik,yang mempunyai kepandaian resmi, bagi calon Baptis.

?

Konsili Vatikan mendorong untuk diadakannya dialog antara Gereja Katolik dengan agama-agama lain serta memgembangkan serta memelihara harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada mereka.

?

Penghormatan terhadap agama lain ini tampak nyata di Sendangsono, buktinya banyak pengunjung agama lain datang kesini hanya sekedar melihat keindahan panorama, tanpa terkait denga ritual keagamaan, sehingga tempat peziarahan sendangsono sebagai simbol kerukunan kehidupan antar agama, dan antar umat beragama.

?

Ajaran kejawen yang sesuai ajaran Katolik tetap dipertahankan, bahkan dipadukannya atas dasar katekismus dan Alkitab, seakan mempraktekan pesan Konsili Vatikan ke-2 mengaku, memelihara, dan mengembangkan harta kekakayaan rohani dan moral serta nilai-nilai social budaya, tambah Sultan.

?

Sendang yang berarti mata air abadi, yang diyakini oleh orang Jawa, bahwa air sebagai sumber kehidupan bagi semua makluk, air dalam pemahaman jawa, tidak ada tali temali yang erat dengan?roso oleh karena itu pengikut kejawen selalu melakukan olah roso untuk menemukan hidup sejati, tiada lain Sang Maha Pencipta sendiri, yang merupakan sumber kehidupan Adi Kodrati.

?

Sementara itu, Uskup Agung Semarang, Mgr. J Pujosumarta dalam sambutanya mengatakan, Peristiwa ini tidak semata-mata Peresmian Penataan Kawasan Sendangsono saja, namun ada dua peristiwa penting lain yang kita syukuri, disamping Sendangsono merupakan sebuah tempat peziarahan yang sangat penting dalam sejarah perkembangan umat Katolik, kususnya di Jawa.

?

Pertama ditempat ini 110 tahun yang lalu, seorang tokoh kejawen bernama Barnabas Sarikromo, dengan suka rela mohon kepada Pastor Van Lith SJ untuk menjadi Katolik, sehingga ditempat itu diadakan pembabtisan pertama orang-orang jawa, selanjutnya apa yang dilakukan Barnabas Sarikromo diikuti oleh orang lain sejumlah 141 orang.

?

Barnabas Sarikromo, dengan penuh semangat mengajar Agama Katolik disekitar Kalibawang, yang akirnya banyak melahirkan tokoh Katolik yang dapat berperan penting dalam menggereja dan masyarakat.Dengan perkembanganya ditempat tersebut dibuat tempat berdoa bagi umat Katolik yang diberi nama Gua Maria Sendangsono.


Kedua, selanjutnya juga merupakan Peringatan 74 tahun Keuskupan Agung Semarang, karena dengan waktu dan perkembangan gereja, yang dulu merupakan bagian dari Keuskupan Batavia,? didirikan sekretariat Apostolik Semarang, dengan pemekaran itu seorang putra pribumi, Albertus Soegijopranoto ditunjuk menjadi Vikaris yang pertama.


Ketua Panitia Penataan Kawasan Sendangsono, Michael Sumaryanto dalam laporanya, mengatakan bahwa pembangunan kawasan sendangsono, berawal dari gagasan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiayantoro, melihat kawasan yang meliputi Gereja Promasan, route ibadah jalan salib menuju Gua Maria sudah mulai rusak, sehingga tahun 2012 dibentuk Panitia Penataan Sendangsono (PPS).

?

Pembangunan kawasan ini ini melibatkan masyarakat setempat sekitar 300 orang baik yang beragama Katolik maupun Islam, dalam penataan ini tidak merubah arsitektur bangunan maupun lingkungan yang menyatu dengan alam, hanya saja sedikit ditambah taman doa dan Padusan, dan rumah singgah.

?

Padusan atau tempat mandi, cuci kaki, cuci tangan bagi peziarah yang akan beranjak ke Gua Maria, bahkan padusan tersebut dibuat mirip dengan tempat?wudhu bagi umat Muslim, dan tahap pertama sudah selesai, bahkan untuk perawatan kawasan sendangsono ini diserahkan pada warga setempat tidak melihat apa agamanya, bahkan mereka bangga dapat dapat dilibatkan pada penataan ini, dan nantinya penataan? akan berkelanjutan.

?

Hadir pada acara peresmian ini, Ketua KWI Mgr.Suharyo, Bapak Kardinal serta para Uskup, Dipo Alam, Cosmas Batubara, Bupati Kulonprogo dr.H.Hasto Wardoyo serta Forkompimda Kulonprogo, serta para donatur, dan undangan yanga lain.

?

Peresmian ditandai dengan pemukulan Bende oleh Gubernur DIY, dan penanda tanganan prasasti oleh Purnomo Yusgiantoro, Sultan HB X, serta Mgr. J Pujasumarta, dilanjutkan pemeberian bantuan oleh Dipo Alam dari hasil lelang lukisannya, kepada Keuskupan Agats, Papua Tengah, serta pemberian piagam penghargaan kepada Bupati Kulonprogo, serta para donatur. (ip/skm)

Pejabat

Pejabat Biro Umum dan Protokol Setda DIY