BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

SEKRETARIAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Home Berita Harapan Masyarakat Batik Jogja "Jogja Craft City of Batik " Menjadi Kenyataan

Harapan Masyarakat Batik Jogja "Jogja Craft City of Batik " Menjadi Kenyataan

Sistem penggunaan Pewarnaan alami hanya terdapat di Asia Tenggara khususnya di Indonesia tepatnya di Yogyakarta, bukan sebagaimana selama diberitakan bahwa pewarnaan alami tersebut terdapat di Asia Barat. Hal ini dibuktikan oleh Daerah Istimewa Yogyakarta sejak dahulu kala bahwa proses pewarnaan batik yang dikembangkan di DIY selama ini menggunakan pewarna alami indigo . Dan hal ini semakin menguatkan bahwa Yogyakarta sebagai Kota Batik atau ?Jogja Craft City Of Batik?

Demikian dikemukakan President Of WCC APR-Asia Paasific Region Dr. Ghada Hiijawi Quddumi selaku ketua Tim Word

GKR Hemas

Craft Counsil (WCC) yang didampingi 6 anggota? lainnya yaitu Surapee Rojanavongse ( mewakili Presiden Of WCC) Yonh Su Khim Judth (mewakili Secretary General of WCC) Marina Umbrete, Ali S Alnajadah (Observer from Quwait) dan Manjari Nirula (Vice Presiden at Crafts Council of India)? siang tadi (Sabtu,23/8/) di Hotel Royal Ambarukmo,Yogyakarta dalam kunjungannya di Yogyakarta dalam rangka identifikasi terhadap Dekranasda DIY sebagai Pembina Kegiatan Kerajinan khususnya dibidang Batik Warisan Budaya Dunia di Yogyakarta.

Sementara Itu Ketua Dekranasda DIY GKR Hemas dalam sambutan selamat datangnya menjelaskan bahwa proses pembuatan batik pada masa lalu hanya berkembang dikalangan terbatas yaitu dikalangan kraton yang dikembangkan oleh wanita-wanita pengiring ratu. Pada saat upacara resmi keluarga kraton menggunakan batik di kombinasi dengan lurik. Melihat pakaian yang dikenakan keluarga kraton itu, rakyat tertarik dan meniru sehingga akhirnya batik keluar dari tembok kraton dan meluas dikalangan rakyat biasa dan berkembang pesat hingga saat ini.


Menurut GKR Hemas Batik di Yogyakarta terus tumbuh dan berkembang seiring yum,buh dan berkembangnya tekhnologi pertekstilan di Indonesia dan batik tetap memiliki ruang tersendiri di masyarakat, ada sentuhan tradisi yang memiliki nilai sangat tinggi bagi yang melihat maupun yang memakai atau menggunakannya.


Oleh karena itu tandas GKR Hemas Dekranasda , Dewan Kebudayaan, Dewan Pendidikan DIY bersama institusi seperti Dispendagkop DIY dan Dinas Pariwisata DIY , Paguyuban Pecinta Batik Sekarjagad, dan Jogja Heritage secara bersama-sama merencanakan, dan mengemas potensi Yogyakarta ,khususnya dibidang batik untuk diusulkan ke Dewan Kerajinan Dunia (Word Craft Counsil /WCC) agar Yogyakarta diakui sebagai Kota Kerajinan batik Dunia.


Adapan pertimbangan dari usulan ditetapkannya Yogyakarta sebagai Kota Kerajinan batik lanjut Ketua Dekranas adalah

- Sejarah batik di Indonesia khususnya Yogyakarta. ? Pelestarian lingkungan dengan mengembangkan batik warna alami.

- Batik menumbuhkan lingkungan industry rakyat . seperti di Taman sari,Kota Yogyakarta, sentra-sentra di Imogiri di Kabupaten Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul dan di Kabupaten Sleman.

Pertimbangan lainnya imbuh GKR Hemas adalah

- Batik menjadikan sumber pendapatan masyarakat di seluruh wilayah DIY,Batik dikembangkan secara ilmiah oleh Balai Besar Kerajinan dan batik, Perguruan Tinggi maupun sekolah,

- Batik sebagai pakaian fashionable, batik telah mendapat pengakuan dari UNESCO dan lain-lain.

? Selain itu batik memiliki peran penting bagi penduduk di DIY karena sebagai seni tradisi budaya dan penggerak perekonomian rakyat ? tandasnya.

Sementara itu Prof.Rahardi Ramelan mantan Menteri Perindustrian Perdagangan RI era Presiden Suharto dan saat ini selaku Ketua ? Dewan pakar Yayasan batik Indonesia menyatakan bahwa terkait Kunjunganh Tim Word Craft Council yang didampingi Dekranas Pusat di Jakarta ke Yogyakarta ini untuk mengklarifikasi usulan DIY melalui Dekranasda DIY ke WCC bahwa Jogja sebagai Crat City of batik . Tim WCC ini ingin melihat secara langsung seperti apa dan bagiamana batik di Yogyakarta tumbuh dan berkembang dengan pesat tersebut.

Apalagi yayasan batik Indonesia bersama pemerintah telah mencoba memberikan standarisasi batik yang disebut batik atau katagori batik tersebut adalah yang masuk setandarisasi batik itu meliputi :Batik Tulis, Batik cap dan kombinasi batik dan cap. Dan Tim WCC akan membuktikan kreteria yang disebut batik tersebut tetap bertahan dengan baik atau tidak. Dan dari rapat koordinasi antara Dekranas Pusat dan Dewan pakar dan Yayasan Batik Indonesia telah bulat sepakat untuk mendukung dan mengusulkan bahwa Jogja sebagai Craft City of Batik.

Sedangkan (Vice Presiden of WCC APR-Asia Pasific Region) dalam kesempatan memberi sambutannya menyatakan bahwa sejak bulan Maret hingga hari ini Tim ini telah menindaklanjuti usulan yang disampaikan Dekranas DIY, dan telah melihat secara langsu Jogja dari hasil pengamatannya akan menjadi nominasi hasil penilaian WCC tersebut.

Turut hadir dan menyampaikan paparannya Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY Dr.Ir.Didiek Poerwadi. M.Sc yang didampingi Kepala Disperindahkop DIY, Riyadi Bagus Salyo Subali, Ketua Dewan Kebudayaan Drs.Djoko Dwiyanto.M.Hum, Wakil Ketua Dekranasda DIY Wahyuntono dan unsur pengurus Dekranasda DIY.

Mengakhiri pertemuan Ketua Dewan Kerajaninan Nasional DIY bersama Tim WCC,? GKR Hemas memberikan cinderamata kepada Ketua Tim WCC Region Dr. Ghada Hiijawi Quddumi berupa batik gambar wayang.

Kunjungan Tim WCC mulai hari ini hingga Senin, 26 Agustus 2014 teragendakan? akan melihat langsung kegiatan kerajinan batik,? baik dilingkungan kraton maupun sentra-sentra industri batik di Kabupaten/ Kota se DIY,serta tempat wisata DIY? (kar/skm)

Pejabat

Pejabat Biro Umum dan Protokol Setda DIY