Pemda DIY Selenggarakan Peringatan Isra? Mi?raj Nabi Muhammad.SAW
Dalam peristiwa Isro? Mi?roj terdapat hikmah dan pelajaran yang berharga, karena dapat diposisikan sebagai motivasi untuk kembali memperteguh komitmen keagamaan seseorang. Rangkaian perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Al-Aqsho serta dari bumi ke Sidratul Muntaha, terjadi riil dengan melibatkan ruh sekaligus fiisik Nabi Muhammad SAW, sebagaimana tertuang dalam ayat pertama Al-Qur?an Surat Al-Isro: yang artinya ? Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari masjidil Haram ke Masjidil Al-Aqsha, yang telah Kami perlihatkan kepadanya sebagaian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui?.
Demikian dikemukakan Wakil Gubernur DIY Paku Alam IX, pada peringatan Isro? Mi?roj Nabi Muhammad.SAW Tingkat DIY tadi pagi (Rabu,28/5) di Bangsal Kepatihan,Yogyakarta yang dihadiri Kepala Dinas, Kepala Biro, Kepala Lembaga, Aparat TNI/Polri serta PNS di lingkungan Pemda DIY, dengan menghadirkan pembicara KH.Drs. Fathul Hilal dari Pondok Pesantren Al-Miftah Yogyakarta.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY Drs H Maskul Haji M.Pd.I dalam laporannya menjelaskan bahwa, tujuan diselenggarakannya Peringatan Isro? Mi?raj yang bertemakan ? Makna Isro? Mi? raj bagi Kehidupan Manusia ? tersebut untuk meningkatkan kadar keimanan dan ketaqawaan serta keislaman umat manusia sehingga dapat mentauladani apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan Isro? Mi? raj tersebut bagi kehidupan kita sehari-hari.
Lebih lanjut Wakil Gubernur DIY, menyatakan Isro? Mi?roj seakan menyampaikan satu pesan utama, bahwa solusi dan jalan keluar niscaya akan datang bagi Muslim yang senantiasa bersabar dan berusaha. Kekuatan doa, amat kuat untuk mendatangkan pertolongan dari Allah SWT. Isro? Mi? raj juga meyakinkan umat akan urgensi lemah lembut dan simpati dalam berdakwah.
Adapun menurut Paku Alam IX ? hadiah ? paling istimewa yang diterima Rasulullah dalam peritiwa ini adalah perintah untuk menjalankan? shalat lima waktu yang diterima langsung Nabi Muhammad SAW .
Dipandang dari sudut pemerintahan, tandas Wakil Gubernur DIY shalat dijadikan sebagai takaran profesionalisme kinerja dan performen seseorang. Shalat adalah tolok ukur konsistensi bagi? aparatur Negara. Apabila shalat seseorang terjaga. Maka yang bersangkutan tidak akan mentelantarkan urusan yang lain. Karena barang siapa yang menjaga dan membiasakannya, maka ia telah memelihara agamanya. Jika meninggalakannya maka ia akan rentan menelantarkan urusan selain shalat.
Sementara itu KH.Drs. Fathul Hilal dari Pondok Pesantren Al ?Miftah Yogyakarta dalam tauziahnya menjelaskan tentang hikmah Isro? Mi?raj makna dari Isro? Mi?raj bagi kehidupan umat manusia Muslim adalah sepanjang perjalanan Nabi Muhammad SAW mulai? dari Masjidil Haram ke Masjidil Al-Aqsho serta dari bumi ke Sidratul Muntaha, diperlihatkan berbagai peristiwa baik dan buruk oleh Allah SWT? hingga pada langit saft ke tujuh. Dari perjalanan Mi? raj ke tujuh saft langit tersebut tandas KH.Drs. Fathul Hilal
Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari saft langit pertama hingga ke tujuh tersebut oleh Allah SWT dipertemukan dengan Nabi-nabi sebelumnya yaitu nabi Ibrahim,?? setelah sampailah di sidratul Muntaha yang maknanya puncak ilmu pengetahuan manusia, yakni: ? mengetahui yang haq (benar) untuk diikutinya? dan mengetahui yang bathil (salah) untuk di tinggalkannya.
Sehingga makna sesungguhnya dari perjalanan Isro? Mi?raj nabi Muhammad SAW yang disampaikan kepada umat Islam maknanya adalah perjalanan hidup yang diridhoi Allah, yang selalu menegakkan sholat kapan saja, dimana saja, dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga. sebagai umat islam harus tetap menjalankan sholat.(kar/skm)
Verifikasi Lapangan Oleh Tim Lomba Desa di Kelurahan Wirogunan YogyakartaDihari ketiga Tim Lomba Desa Tingkat Provinsi DIY tahun 2014 melaksanakan verifikasi data di Kelurahan Wirogunan, Kecamatan Mergangsan Yogyakarta, Senin (26/05). Tim diterima oleh lurah berserta jajarannya serta masyarakat kelurahan di Pendopo Kantor Kelurahan yang berada di tengah-tengah perkampungan. Kelurahan Wirogunan merupakan salah satu kelurahan diantara empat puluh lima kelurahan di Yogyakarta, berpenduduk 11.096 jiwa. Wilayah ini mempunyai 7 kampung yang terdiri dari : Mergangsan Lor, Surokarsan, Wirogunan, Bintaran, Mergangsan Kidul, Nyutran dan Joyonegaran. Banyak potensi yang dipunyai Kelurahan Wirogunan, antara lain terletak di sepanjang jalan Sultan Agung, Jalan Tamansiswa hingga Jalan Kolonel Sugiono. Potensi tersebut antara lain adalah : terdapat usaha jasa percetakan dan desain, pendidikan formasl maupun informal mulai dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi. Aneka ragam kuliner juga terdapat di kelurahan ini baik berupa makan dan minuman, maupun beraneka ragam kue. Disamping itu terdapat jasa perhotelan yang sangat mendukung industri pariwisata Yogyakarta. Dalam kesempatan itu Gubernur DIY dalam amanatnya yang disampaikan oleh Kepala Biro Kesra Setda DIY, Drs.Wijoseno Hario Bimo antara lain mengemukakan bahwa, perlombaan desa yang dilaksanakan merupakan salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan aparatur desa bersama masyarakat dalam membangun desanya. Untuk itu Kepala Desa beserta jajaranannya diingatkan hendaknya dapat memetik hikmah dari pelaksanaan perlombaan tersebut, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan sekaligus dapat menjadi contoh untuk membangun desanya. Sementara itu Wakil Wali Kota Yogyakarta yang diwakili Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Kota Yogyakarta, CH Lusi Irawati menyampaikan dengan hadirnya tim verifikasi ke Kelurahan Wirogunan merupakan motivasi bagi lurah dan perangkatnya. Menurut Wawali, bukan hasil yang menjadi tujuan utama, namun diharapkan kinerja aparat dapat menjadi lebih baik dan berkesinambungan. Selain dilaksanakan pencocokan data di Kelurahan, Tim Verifikasi diajak untuk meninjau 7 titik yang dipunyai oleh kelurahan Wirogunan yang berisi aneka partisipasi masyarakat dari kegiatan yang berujud seni hingga home industri.(teb) Upacara Peringatan Hadeging Kabupaten Gunungkidul Ke-183Upacara Peringatan Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul ke-183 tadi pagi (Selasa, 27/5) dilaksanakan di Alun-alun Wonosari secara meriah, seluruh peserta upacara berpakain Jawa,demikian juga tata cara? upacarapun menggunakan bahasa jawa, dengan? komandan Upacara Asung Bintara dari Bagian Umum,sedangkan? Inspektur Upacara Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Peringatan Hari jadi yang mengambil tema? Dengan Semangat Hari Jadi Ke-183 Kabupaten Gunungkidul Menjadi Landasan Kebersamaan dan Daya Kreativitas Masyaraklat Menuju Gunungkidul Bhumikarta? Menurut Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam sambutannya yang disampaikan dalam bahasa jawa, bahwa tema tersebut dapat diwujudkan dalam langkah dan tindakkan yang teratur dan khidmad jauh dari bencana.? Tema puniki muga bisa rancak ing tumindak kanthi khidmat nir sambekala? Sementara itu Gunungkidul Hj.Badingah.S.Sos dalam laporannya menjelaskan bahwa, Masyarakan Gunungkidul masih merasa belum mampu mengolah potensi dan sumberdaya alam yang ada di Kabupaten Gunungkidul,untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Gunungkidu. Namun demikian Pemerintah Gunungkidul akan berusaha sekuat tenaga mengolah potensi tersebut dengan baik, atas? dukungan serta? partisipasi? dari seluruh masyarakat, dan arahan dari Pemerintah, baik Pemerintah pusat maupun DIY. Sehingga sinerginitas pelaksanaan program akan bisa dilaksanakan dengan baik. Dijelaskan oleh? Bupati Gunungkidul Hj.Badingah.S.Sos, bahwa Aparatur Pemerintah? Gununungkidul menyambut baik adanyan? Undang-undang Keistimewaan DIY (UUK) yang dititik beratkan pada lima Bidang, salah satunya Kebudayaan. ? Sehubungan dengan hal tersebut Bupati beserta jajarannya menyatakan dukungannya dengan setiap tanggal 27 setiap bulannya, seluruh jajaranya mulai dari pegawai Kabupaten hingga desa dalam melaksanakan tugas memakai busana jawa, dengan komunikasinyapun juga bahasa jawa, ini merupakan komitmen untuk melestarikan budaya jawa. Lebih lanjut Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan bahwa, menurut buku ?Peprentahan Praja Kejawen ? yang ditulis Mr.R.M, Suryadiningrat yang kemudian dikuatkan oleh Mr.AK.Pringgodigdo, bahwa berdirinya Wilayah Administrasi Kabupaten Gunungkidul tahun 1831, setahun setelah terjadinya perang Diponegoro itu bersamaan dengan berdirinya kadipaten-kadipaten lainnya di Yogyakarta dan disebutkan bahwa Gunungkidul merupakan wilayah DIY sebelah timur sungai Opak? Goenoengkdidoel, wewengkon pareden wetan Opak? Terkait dalam mewujudkan Gunungkidul Bhumikarta, karena berlandasakan semangat kebersamaan, yang artinya kita harus bisa melaksanakan tepo sliro, dengan mempererat tali persaudaraan antar suku, agama, ras dan golongan. Sebab? ada pepatah mengatakan bahwa ? rukun agawe santosa, crah agawe bubrah ?. Artinya lanjut Sultan HB X, apa karena hanya beda agama dan keyakinan kita harus ? crah? (berkelahi). Mestinya? tidak seperti itu ?. Oleh karena itu Gubernur DIY dalam kesempatan Peringatan Hari jadi ke-183 tersebut menegaskan dan percaya bahwa, masyarakat Gunungkidul sudah paham terhadap makna kebersamaan hakiki. Karena seluruh landasan dan aturan tersebut sudah tersurat dan tersirat dalam dasar Negara dan ideologi bangsa yaitu Pancasila dan sesanti ?Bhenneka Tunggal Ika? Disamping itu menurut Gubernur DIY, sebenarnya pengetahuan Jawa sudah mempunyai pitutur luhur yaitu ?rukun dan kurmat ? Rukun dan saling hormat menghormati sesama, hablum minna nas, meskipun berbeda agama dan keyakinan.? Sejatine kawruh Jawi ugo nduweni paugeran luhur ? rukun lan kurmat ?. Rukun lan kurmat-kinurmatan ing sesame. Menyinggung misi Kabupaten Gunungkidul untuk mewujudkan majunya ?Among Tani ? harus diupayakan bersamaan dengan mulai menyiapkan sarana dan prasarana pembudidayaan yang menuju kearah ? dagang layar ?. Sebagai contoh saja dalam sejarah Sriwijaya bahwa Sriwijaya yang juga mempunyai nama Swarnadwipa, runtuh dalam kemajuan dagang layar karena tidak didukung oleh olah tani yang kuat. Untuk itu diakhir sambutannya Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, disamping mengucapkan selamat memperingati Hari Jadinya ke- 183 bagi masyarakat Gunungkidul,Gubernur DIY,juga senang karena seluruh? kepala pamong se Kabupaten Gunungkidul yang bersedia menggunakan busana dan bahasa jawa setiap tanggal 27,? sebgai bukti nguri-uri kebudayaan jawa supaya tradisi ini? tidak hilang tetapi bisa berkembang di wilayah Gunungkidul. Peringatan Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul yang ke-183 dimeriahkan? tari Gambyong yang dimainkan oleh 120 siswa SMP,SMA/SMK se Kabupaten Gunungkidul tersebut dengan disaksikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Kapolda DIY Haka Astana, Dan Rem 072 Pamungkas Sabrar Fadillah, Muspida Kabupaten Gunungkidul, dan masyarakat. Bupati Hj.Badingah.S.Sos menerima pisungsung (Upeti tanda tresno) berupa gunungan terbuat dari berbagai hasil olah tani dari 18 Camat se Kabupaten Gunungkidul, namun? oleh Bupati dikembalikan lagi kepada para camat tersebut untuk dibagikan kembali kepada masyarakat guna kesejahteraan masyarakat dan kemudian diperebutkan? oleh? asyarakat ditengah Alun-alun Wonosari. Peringatan Hari Jadi /Peringatan Hadeging kabupaten Gunungkidul tidak hanya berakhir dengan upcara ini, namun sore harinya akan dimeriahkan dengan persta Karnaval kelingling Kota Wonosari, yang diikuti dari 18 Kecamatan, serta utusan Desa-desa se Kabupaten Gunungkidul.(kar/skm) Desa Panggungharjo Bantul dinilai Tim Verifikasi Lomba Desa Tingkat DIYSalah satu cara untuk mengembangkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan yaitu melalui penguatan kapasitas pengembangan kelembagaan masyarakat dalam pembangunan dengan penyelenggaraan perlombaan Desa dan Kelurahan yang diatur dalam Permendagri Nomor 13 tahun 2007 tentang penyelenggaraan perlombaan Desa dan Kelurahan. Hal itu dalam upaya mendorong penguatan otonomi Desa dan Penigkatan kinerja aparat serta untuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan Penerintahan Desa/Kelurahan di setiap sektor Pembangunan. Demikian disampaikan Gubernur DIY dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Kepala Biro Organisasi Setda DIY Drs YB Jarot Budiharjo sekaligus Ketua rombongan Tim Verifikasi Lomba Desa dan Kelurahan Tingkat DIY. Rombongan Tim Verifikasi lomba Desa/ Kelurahan Tingkat DIY di terima oleh Bupati, Bantul, Hj. Sri Surya Widati, di Balai Desa Panggunghardjo, Sewon Bantul. Pada Jum?at ( 23 /05). Lebih Lanjut dikatakan Oleh Ketua Rombongan bahwa, Perlombaan Desa/Kelurahan merupakan salah satu bentuk apresiasi pemerintah kepada masyarakat untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan. Dari sudut manajemen pemerintahan, Perlomban Desa merupakan salah satu alat manajemen yang bersifat menghargai keberhasilan guna membenahi kekurangan dengan penekanan kepada perlunya memberikan penghargaan bagi siapapun yang berhasil dalam mengemban tugas. Sementara itu Wahyudi Anggoro Hadi, S.Farm selaku Kepala Desa menjelaskan bahwa Desa Panggungharjo, memiliki luas wilayah 560.966,5 Ha terdiri dari 14 Dusun dengan jumlah penduduk tahun 2013 adalah 27.392 jiwa laki laki 13.321 dan Perempuan 14.071. Setelah paparan dari Kepala Desa Panggunghardjo Sewon Bantul, acara dilanjutkan dengan penilaian Administrasi oleh Tim Verifikasi mulai dari administrasi di Desa Panggungharjo hingga penilaian lapangan ada 3 titik yakni , Dusun Sawit, Dusun Pandes dan Dusun Glugo. (bin/skm ) Sarasehan Kehumasan DIY Di Bakulan Bantul Angkat Tema? Sedumuk Bathuk, Senyari Bumi?edumuk Bathuk,Senyari Bumi? ungkapan demikian masih sangat melekat di benak sebagian masyarakat untuk mempertahankan hak atas warisan sejengkal tanah sekalipun.Bahkan nyawapun sering menjadi taruhannya. Pur Bonsai dan Joko mendapatkan warisan dari orangtuanya seluas 1000 m2 dibagi dua masing-masing menerima 500 m2 dengan batas pohon kelapa. Namun malang pohon kelapa itu akhirnya mati, kemudian oleh keluarga Joko batas yang semula pohon kelapa diganti dengan pohon pisang. Dan malang juga pohon pisang yang ditanam di perbatasan itu dari tahun ke tahun bekembang dan banyak anak. Kebetulan anak pohon pisang itu tumbuh di luar batas dan terus mengeser titik batas ke arah tanah warisan Pur Bonsai. Wal hasil tanah Pur Bonsai tersebut lama-kelamaan menyemput terdesak tumbuhnya anak pohon pisang tersebut yang akhir luasnya tinggal 350 meter dari luas 500 m2 tersebut. Upaya penyelesaian secara kekeluargaan tidak membuah hasil, karena ada selalu campur tangan orang ketiga atau istri Joko yang sombong. Akhirnya penyelesaiannya di bawa ke petugas pertanahan yang diperankan Sihono yang tahu akan aturan pertanahan dan setelah diberikan penjelasan berdasarkan aturan dan undang-undang sengketa tapal batas tersebut bisa dirterima dengan rasa jernih dan orang ketigapun menyadari apa yang dilakukannya itu juga tidak benar. Sekelumit cerita diatas terjadi hanya dalam Sarasehan Kehumasan Biro Umum,Humas dan Protokoll Pemda DIY yang dikemas dalam sebuah judul Dagelan Mataran dengan pemain Pur Bonsai, Joko, Titik dan Sihono Jua?at malam,23/5 di Bakulan, Trirenggo, Bantul yang mendapatkan apresiasi luar biasa masyarakat setampat dan kaum muda. Sarasehan Kehumasan yang dikemas dalam bentuk dagelan ini dilaksanakan untuk mensosialisasikan kebiajakan Pemerintah DIY serta menjawab isue-isue yang berkembang di tengah masyarakat sekaligus untuk memberikan hiburan segar dan murah kepada masyarakat. Menurut Arie Prasetyo warga Bakulan yang mahasiswa UNY kepada reporter www. jogjaprov.go.id menyampaikan pendapatnya bahwa Dagelan Mataram seperti ini hendaknya terus menerus dipentaskan ditengah pesatnya kemajuan tekhnologi , hanya saja tema dan isinya untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang tengah berkembang juga. Sebab lewat dagelan ini masyarakat bisa terketukdan tegelitik hatinya terkait dengan masalah yang sedang dihadapainya dengan tidak merasa tersinggung, namun malah tergelitik dengan isi pesan dagelan tersebut. Dalam kesempatan itu Arie Prasetyo mengharapkan agar pesan pemerintah yang disampaikan para Pemain dagelan tersebut sampai pada masyarakat, hendaknya para pemain benar-benar memperkaya materi yang akan disampaikan tidak hanya guyonan saja, tetapi akan memberikan pencerahan kepada masyarakat terkait dengan isue-isue yang sedang hangat dibicarakan dengan cara memperkaya diri dengan banyak membaca undang-undang, peraturan Daerah dan sebagainya agar yang sampaikan ini tidak bias atau memperkeruh suasana. Dia mencontohkan ? Sedumuk Bathuk Senyari Bumi? ini sangat bagus mengemasnya. Karena memang sering masih terjadi ditengah dimasyarakat. Ada pertengkaran karena perebutan cuma gara-gara batas (kikis jawa nya) bahkan sebagaian tanahnya untuk jalan atau untuk fasilitas umum saja matia-matian dipertahankan, tetapi dengan adanya penyuluhan mkisalnya dengan dagelan malah akan tergelitik pikirannya.(Kar/Skm) |
- Tim Verifikasi Lomba Desa Dan Kalurahan DIY 2014 Nilai Desa Piyaman,Wonosari Gunungkidul
- Grup Ongkek Suryo Bawono Duta DIY Dalam Pertunra Tingkat Nasional 2014
- Prangko Cetak Tindih Akan Diluncurkan di Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta
- Wagub DIY Terima Wakil Menteri Luar Negeri Jepang
- Sosialisasi Kewenangan Urusan Keistimewaan DIY di Bantul