BIRO UMUM HUMAS & PROTOKOL

Undang Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang kearsipan menyebutkan bahwa arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai perkembangan tehnologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga Negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemayarakatan dan perorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta arsip dan disimpan dalam jangka tertentu. Arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip karena memiliki nilai guna sejarah.

Demikian disampaikan Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY Budi Wibowo, SH, MM dalam sambutannya pada Launching Pameran Arsip dan Bedah Buku Naskah Sumber Arsip di Gedhung Sasono Hinggil Dwi Abad Alun Alun Selatan Yogyakarta pagi tadi Rabu (03/9).

Lebih lanjut dikatakan arsip bernilai guna kesejarahan yang terkandung dalam arsip statis tersebut perlu dilestarikan dan dipublikasikan kepada masyarakat agar keberadaannya bisa diketahui secara luas. Seperti yang telah diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 43 tahun 2009 pasal 36 ayat (2) disebutkan bahwa lembaga kearsipan menggiatkan sosialisasi keasipan dalam mewujudkan masyarakat sadar arsip. Sosialisasi antara lain dilakukan melalui penggunaan berbagai sarana media komunikasi dan informasi. Sedangkan Perda Provinsi DIY Nomor 54 tahun 2007 pasal 27 mengamanatkan bahwa bidang arsip statis BPAD DIY mempunyai tugas menyelenggarakan promosi dan sosialisasi kearsipan.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Instansi pemerintah, kalangan mahasiswa, dan masyarakat umum. Sebagai nara sumber dalam bedah buku tersebut adalah Dr. Mutia Amini, SS, M.Hum dan DR. Sri Margana, M.Phil. Pada kesempatan tersebut juga diserahkan arsip foto kepada GBPH. H. Prabukusumo berupa : 3 lembar arsip foto rumah tinggal Sri Sultan Hamengku Buwono IX saat study di Universitas Leiden tahun 1934-193. Selain itu, Bapak Edhi Sunarso Seniman Patung menerima Arsip foto saat bersama dengan Presiden RI Soekarno, Presiden Rumania, Sri Sultan HB IX serta Paduka Paku Alam VII saat melihat gambar patung yang akat dibuat oleh Bapak Edhi Sunarso pada tahun 1962.(bin)

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, siang ini (02/09) di Gedhong Wilis, Komplek Kepatihan Yogyakarta, menerima kunjungan kehormatan dari Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, Attiya Mahmood, serta Duta Besar Indonesia untuk Pakistan, Burhan Muhammad, yang hadir beserta Ibu Lilis Burhan Muhammad.

Menurut Attiya, tujuan utama kujungan ini adalah untuk meningkatkan hubungan baik antara Indonesia dengan Pakistan. Sedangkan secara spesifik, ada ide untuk menjalin sister city dengan salah satu kota di Pakistan. Attiya menjelaskan, masyarakat Pakistan tidaklah homogen. Tiap-tiap provinsinya pun memiliki budaya dan bahasa sendiri-sendiri. Karena itu, Pakistan sangat tertarik dengan semangat unity in diversity yang dicontohkan oleh Indonesia.

Menanggapi hal itu, Sri Sultan mengatakan bahwa kondisi Indonesia yang heterogen namun penuh toleransi ini, terbangun dari kultur masing-masing etnik untuk menghargai orang lain dan menghargai agama lain. Hal itu sudah berlangsung dari generasi ke generasi, bahkan jauh sebelum Indonesia lahir. Kearifan lokal masing-masing etnik itulah yang kemudian dituangkan dalam semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika. Sekarang ini, menurut Sri Sultan, kita perlu kembali menciptakan generasi muda yang bisa menghargai orang lain dan memiliki kemampuan introspeksi sehingga toleransi dapat terus terpelihara dengan baik.

Sementara itu, mengenai peluang sister city Yogyakarta dengan salah satu kota di Pakistan, Burhan mengatakan akan menindaklanjutinya karena nilai-nilai adiluhung Yogyakarta perlu ditularkan ke Pakistan dalam membangun semangat unity in diversity. Sedangkan kota yang akan dijajaki kemungkinan adalah Lahore yang merupakan pusat budaya Pakistan. (hdi)

Haji mabrur adalah mereka yang berkemauan dan berkemampuan untuk membangun keselarasan antara menjadi saleh secara vertikal dan horisontal demikian.'' ungkapan Gubernur DIY, Sultan HB X dalam? acara pamitan? calon jemaah haji asal DIY.? Selasa (02/09) di Bangsal Kepatihan Yogyakarta.

Mengutip Hadist Riwayat Bukhari-Muslim yang mengemukakan bahwa ?Barang siapa yang berniat haji karena Allah, kemudian ia tidak berkata kotor dan berbuat jahat, maka dirinya akan mendapat sebuah keberadaan faktual seolah-olah dirinya telah kembali menjadi bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.? Para ulama melakukan simplifikasi penjelasan dengan merujuk pada tuntunan Rasul tersebut, haji mabrur memiliki tiga karakteristik terpuji.

Yang pertama, konsekuensinya seorang haji mabrur harus mampu membuktikan dirinya dalam wujud dan perilaku keseharian yang humanis, hidup sederhana, penuh kebersamaan, amat peduli terhadap keadaan dan nasib orang lain, terutama bagi kaum dhuafa, mereka yang lemah dan mustadh?afin, kaum yang terlemahkan oleh keadaan.

Kedua, haji yang mabrur adalah seorang haji bertutur kata dengan kalimah thoyyibah, kata-kata yang baik, bijak, santun dan bermanfaat, taushiyah atau nasihat yang berguna bagi orang lain dan masyarakat.

Ketiga, haji yang mabrur adalah mereka yang berkesadaran untuk menebar salam yang senantiasa berkesadaran untuk merajut silaturahim dan mempererat ukhuwwah Islamiyah, ukhuwah watoniyah dan sekaligus ukhuwah insaniyah, sejalan dengan ajaran leluhur ?hamemayu-hayuning bawana?. Hal itu mengandung arti bahwa ibadah haji menjadi wahana pengayaan pengalaman ruhani yang inspiratif terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Sementara itu Ketua Panitia dan sekaligus Kakanwil Kemenag DIY, Drs. Maskul Haji.M.PdI, antara lain menyampaikan bahwa hingga tahun 2030 waiting list calon jamaah haji DIY sudah mencapai 46.863 orang.

Tahun ini DIY memberangkatkan 2.456 jamaah calon haji yang terdiri dari 1.166 laki-laki dan 1.290 perempuan ditambah 53 petugas haji. Jamaah haji termuda DIY adalah Arif Muhammad Bin Muhammad Ardjani yang berasal dari Kota Yogyakarta dengan usia 18 tahun. Sedangkan calon jamaah tertua adalah Tukiran Darmo Sumarto yang berasal dari Kabupaten Bantul dengan usia 92 tahun.

Untuk tahun ini sebagai ketua Kafilah DIY adalah Inspektur Daerah Kota Yogyakarta, Drs. Wahyu Widayat, MSc, MM. Sedangkan kelompok terbang bagi calhaj DIY adalah tergabung dalam gelombang 1 yang terbagi dalam 7 kelompok terbang, dari kloter 23 SOC sampai 29 SOC. Adapun jadwal pemberangkatan masuk asrama haji Donohudan mulai Selasa 9 September 2014 hingga Kamis 11 September 2014. Sedangkan perkiraan tiba kembali di Solo adalah tanggal 19 Oktober hingga 21 Oktober 2014.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Sementara DPRD DIY Periode 2014 ? 2019 adalah Yoeke Indra Agung Laksana, SE , Unsur Forkopimda DIY, para Kepala SKPD DIY. (teb)

Bertepatan Kamis, 4 September 2014 jam 09.00 WIB mengambil tempat di Bangsal Kepatihan Yogyakarta akan di Launching Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan dilanjutkan dengan Pap-Smear Gratis bagi Peserta BPJS Kesehatan.

Kegiatan ini merupakan kerjasama Yayasan Kanker Indonesia Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta (YKI DIY) dengan BPJS Kesehatan Divisi VI Jateng-DIY dan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut rencana Gubernur DIY akan hadir dalam kegiatan ini. Selain itu akan hadir pula Ketua YKI DIY serta Kepala BPJS Divisi Jateng-DIY.

Disamping acara Launching juga akan disampaikan Informasi tentang Kanker Leher Rahim dan Deteksi Dini oleh dr.Ova Emilia, M.Med.Sc, Ph.D.Sp.OG.

Kepada anggota BPJS lewat SKPD diharapkan bisa berperan aktif untuk ikut serta mengikuti pemeriksaan Pap-Smear secara gratis tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu disiapkan bagi anggota BPJS antara lain :

Wanita sudah menikah, tidak sedang hamil, tidak sedang menstruasi. Selain itu sehari sebelum pemeriksaan tidak melakukan hubungan suami istri.

Sebagai kelengkapan adminsitrasi, peserta dimohon membawa Kartu BPJS Kesehatan dan Foto copynya serta KTP.

Direncanakan pemeriksaan gratis Pap-Smear tersebut akan diikuti sekitar 400 orang peserta. (isw)