Silaturahmi Syawalan Gubernur DIY Untuk Sampaikan Penjelasan Danais Bagi Warga Gunungkidul
Sultan HB X: status Istimewa DIY bisa menjadi driving force transformasi besar menuju masyarakat peradaban baru. Yaitu sebuah tatanan masyarakat kualitatif yang dibangun dengan memantapkan budaya ?among tani ?, yang tangguh, dan budaya ? dagang layar?, yang handal.
Untuk yang ke-4 kalinya Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan jajaran Pejabat Pemda DIY setelah ke Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman untuk melakukan Kunjungan kerja dalam rangka Silaturahmi dan Syawalan Tahun 1435 H yang kali ini ke Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bupati Gunungkidul Hj.Badingah.S.Sos yang didampingi Wakil Bupati Dr.Drs.H.Imawan Wahyudi dalam sambutan ikrornya mewakili seluruh masyarakat Kabupaten Gunungkidul antara lain mengatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat Pemerintah Kabupaten Gunungkidul bersama anggota masyarakat Gunungkidul telah berupaya keras melaksanakan agenda kegiatan guna mendukung terwujudnya misi dan visi pembangungan RPJMD Gunungkidul 2010/2015 dan tahun ini memasuki tahun terakhir.
Diakui Bupati Badingah bahwa secara umum pelaksanaan pembangunan pada RPJMD Gunungkidul tersebut dianggap telah tercapai dengan baik, namun demikian secara jujur diakui juga masih terdapat kekurangan dan agenda pelaksanaan beberapa pembangunan yang belum bisa terlaksana secara optimal sehingga belum bisa mendukung terwujudnya misi dan visi tersebut.Dengan adanya kekurangan tersebut seluruh masyarakat Kabupaten Gunungkidul mohon dimaafkan.
Terkait dengan hal tersebut dalam sambutannya Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengucapkan rasa syukur dan rasa syukur itu gaungnya terasa istimewa karena bulan syawal tahun ini bertepatan dengan peringatan HUT Proklamasi, disusul secara konsatitusional oleh Makamah Konstituysi pasaangan Presiden / Wakil Presiden 2014-2019. Dan menjadi lebih? istimewa karena ketiga peristiwa ini sama-sama bermakna ? kemenangan ?
Dalam konteks DIY ? kemenangan ? itu menurut Sultan HB X dikukuhkan dan disyahkannya UU Keistimewaan DIY . Bonusnya, - kalau boleh diandaikan demikian ? adalah dianggarakannya ? dana Keistimewaan tau lazim biasa di sebut ? Danais? yang peruntukannya guna membiayai lima pilar Keistimewaan.
Tandas Gubernur DIY bahwa jumlah terbesar dana tersebut digunakan untuk kegiatan bidang Kebudayaan melalui hibah dan bantuan sosial, selaian untuk pengaturan tata ruang dan menata peruntukan pertanahan. Kemudian persoalannya yang mengem,uka adalah : bagaimana memanfaatkan dana tersebut demi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
Lalu kita menelaah saiapa penerima Danais tersebut. Dan bagaimana tata cara pengajuan, pengalokasian, penyaluran, penggunaan, penyerapan, monitotring dan evaluasi, serta pertanggungjawabannya. Disinilah menurut Gubernur DIY terjadinya ?cultural shocks? oleh ketidak pastian instansi penyalur dan keterbatasan aaparatur kita sendiri selain ? ribet ? nya proses adminsitrasi penganggarannya.
Saat ini lanjut Sultan Pemda DIY telah membagikan Danais urusan kebudayaan lewat Pemda Gunungkidul sebesar Rp13.595.684.000,00 agar bisa disaluirkan kepada masyarakat langsaung melalui organisasi kemasyarakat atau perusahaan daerah dan persyaratan spesifik telah dityetapkan peruntukannya yang bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, sertta tidak secara terus menerus, dimana kesemuanya itu selalu ditujukan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang muaranya harus berorientasi pro-poor, pro-growth, pro-job, dan pro ebvironment.
Monitoring pada kuartal II per 11 Agustus 2014 penyerapan anggarannya ternyata baru mencapai Rp.2.224.316.5009,00 atau 16,36 persen, kurang dari 20 persen terhadap pagu Tahap I sebagai syarat penyaluran Tahap II sebesar 55 persen pagu total Danais Kabupaten.
Konsekuensinya untuk tahun 2014 ini, Pemkab paling tidak hartus bisa menyerap anggaran 80 persen. Itu pun haruas dengan kerja keras, dan tidak boleh terlena di zona nyaman seperti biasanya. Sebab sampai akhir tahun pbandung-bandawasa ?, yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya.
Sehubungan dengan hal tersebut Gubernur Sri Sultan HB X berharap agar penggunaan Danaias harus berorientasikan skala prioritas pada poas-pos anggaran yang memiliki daya pengungkit, dan punya dampak berganda ke sector-sektor yang memberikan manfaat luas. Karena menurut dia masih banyak kantung-kantung budaya dan kapasitas ekspresi yang perlu dirawat dan didanai. Dan Sultan pun yakin dan percaya bahwa kearifan DIY senantiasa hadir sebagai langkah cultural yang bermakna lebih dari sekedar seni dan tradisi.
Harapan lebih lanjut dengan danais tersebut adalah dapat meningkatkan kualitas budaya masyarakat dan melipatgandakan daya kelompok-kelompopk masyarakat guna mendorong percepatan tercapainya Visi DIY sebagai :? Negeri yang berkarakjter, Berbudaya, Maju, Mandiri, dan Sejahtera Membangun Peradaban Baru ?.
Menyinggung status Keistimewaan DIY kepada Kepala SKPD, Pejabat Eselon III, Camat, Kades, Kepala Sekolah, BPD serta tokoh masyarakat Gunungkidul lebih lanjut mengemukakan bahwa status Istimewa DIY tersebut bisa menjadi driving force transformasi besar menuju masyarakat peradaban baru. Yaitu sebuah tatanan masyarakat kualitatif yang dibangun dengan memantapkan budaya ?among tani ?, yang tangguh, dan budaya ? dagang layar?, yang handal.
Silaturahmi dan syawalan Halal bihalal Gubernur DIY dan jajaran Pejabat Pemda DIY dengan Jajaran Pemda Kabupaten Gunungkidul diakhiri dengan jabat tangan yang diawali oleh Bupati Gunungkidul Hj.Badingah.S.Sos, wakil Bupati Dr.Drs.Imawan Wahyudi dan hadirin dengan dimeriahkan tari golek ayun-ayun.(Kar/Skm)
Pengukuhan Gerbang IndonesiaGerakan kebangsaan merupakan gerakan yang penting dan strategis dalam menumbuhkembangkan nuansa serta nilai-nilai kebhinekaan yang bertujuan untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa di dalam wadah NKRI serta meningkatkan semangat nasionalisme. Demkian dikemukakan Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda DIY, Drs. Sulistyo, SH, CN, Msi dalam menyampaikan amanat Wakil Gubernur DIY, Paku Alam IX pada program uji coba dan pengukuhan penggerak Gerakan kebangsan Indonesia di Sebelas Desa di Bangsal Wiyoto Projo, Kepatihan Yogyakarta. Dikemukakan lebih lanjut bahwa, dengan gerakan kebangsaan diharapkan dapat terbangun kesadaran bersama diantara masyarakat yang berbeda-beda guna menciptakan kehidupan yang harmonis, yaitu dapat saling menyapa dan mengenal untuk saling memberi dan menerima. Sekaranglah saat mengukuhkan rasa nasionalisme dan persatuan kesatuan bangsa yang tidak sebatas tawar-menawar, tetapi dengan tawaran kehidupan berbangsa yang lebih hangat. Dalam kesempatan yang sama Wagub DIY menegaskan juga bahwa semangat kebangsaan juga sangat penting guna menanamkan nilai moralitas dan nilai-nilai luhur bangsa kita yang tidak bisa lepas dari pendidikan, budaya dan agama. Karakter budaya yang mencerminkan kehendak bersama, yang merupakan unsur penggerak setiap individu untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan Negara. Sementara itu Sekjen Liga Gerakan Budaya Pancasila , Soeprapto, Med melaporkan bahwa, Gerbang Indonesia (Gerakan Wawasan Kebangsaan Indonesia) yang dirancang oleh Lembaga pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara (LPPKB) dan Gerakan Budaya Pancasila selanjutnya disebut LGBP merupakan suatu gerakan dari, oleh dan untuk masyarakat dengan tujuan membangkitkan rasa atau semangat keindonesiaan di kalangan masyarakat itu sendiri pada tingkat satuan wilayah Desa/Kelurahan di seluruh Indonesia. Dikemukakannya lebih lanjut bahwa, kegiatan wawasan kebangsaan yang dimaksud tersebut pada dasarnya adalah kegiatan pendukung yang sifatnya membantu program pemerintah yang dilaksanakan oleh pemerintah. Menurutnya pemerintahlah sebenarnya yang memiliki kompetensi, tugas dan kewajiban menyelenggarakan pendidikan wawasan kebangsaan di setiap wilayah masing-masing. Uji coba yang dilakukan di DIY yang nantinya akan diusulkan ke Tingkat Nasional dilaksanakan di sebelas desa dengan 110 orang penggerak, dengan dialog interaktif dengan masyarakat desa khususnya kaum muda. Pada Uji coba dan pengukuhan yang dilaksanakan pada Jum?at (22/04) tersebut dilakukan pemakaian rompi secara simbolis kepada 11 penggerak oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda DIY. (teb) Gubernur DIY Terima Tim WCC di KepatihanPagi ini Senin, Gubernur DIY, Sultan Hamengku BuwonoX di Ruang Kerjanya, Gedung Willis Kepatihan Danurejan Yogyakarta menerima Tim Word Craft Council (WCC) yang dipimpin Dr. Ghada Hiijawi Quddum didampingi anggota lainnya yang terdiri dari 6 orang dalam rangka mengevaluasi batik Yogyakarta yang akan diusulkan menjadi Kota batik dunia dan juga akan melihat dari dekat aktivitas batik yang ada di Yogyakarta. Karena menurutnya batik merupakan suatu identitas yang harus dipertahankan dan dapat dipromosikan.
Dalam kesempatan tersebut Sultan X sangat mendukung apresiasi itu dan medukung penuh batik Yogyakarta untuk ikut serta dalam pameran di Donyang pada bulan Oktober 2014 mendatang dalam rangka ulang tahun WCC ke 50 .
Lebih lanjut dijelaskan bahwa, banyak jenis batik ada di Yogyakarta, namun ada jenis-jenis tertentu saja yang boleh digunakan khalayak umum, bahkan ada jenis motif batik terbatas untuk digunakan oleh Sultan saja atau kerabat Keraton Yogyakarta, yang tidak ada di luaran atau digunakan kebanyakan orang.
Kepada tamunya dikemukakan pula bahwa, di DIY bahkan pelajaran membatik dijadikan salah satu mata pelajaran di sekolah, bahkan ada sekolah yang menggunakan seragam batik dari hasil karya siswa sendiri.
Untuk mendukung dilestarikannya batik di Yogyakarta, tahunini DIY membuka Akademi Komunitas yang salah satu jurusannya adalah mebatik,. Ini diperuntukkan bagi mereka yang ingin bias membatik dan lulusannya nanti mendapat sertifikat D1 yang bias mendukung profesinya dalam bekerja.
Sultan HB X berharap,di Yogyakarta batik tidak boleh punah sehingga bagaimana batik dapat tumbuh dalam menghadapi perkembangan jaman sesuai dengan perkembangan budaya dan generasi.
Setelah bertemu Gubernur DIY tim WCC melanjutkan kunjungannya melihat dari dekat pembuatan batik dari proses awal hingga akhir di batik Winotosastro, ke Balai Batik serta berwisata ke Candi Borobudur. (teb) Shinta Hilang Saat Ikuti Pawai Pembangunan Di MalioboroKayla murid TK Tarakanita Yogyakarta, mengenakan pakaian wayang, cantik bak puteri Dewata, digendong ayahnya, yang mengenakan costum Rahwana meluncur diatas sepatu roda, meliuk-liuk mempertontonkan kepiawainnya bermain sepatu roda di depan panggung kehormatan, Beberapa saat kemudian muncul pesepatu roda lainnya mengenakan pakaian Hanoman beserta prajurit kera yang lain, dan Burung Garuda kendaraan Pabu Rama, mengejar Rahwana, sambil mengepakkan sayapnya, seolah mencari Dewi Shinta, isteri Prabu Rama dari kerajaan Ayodya yang hilang dibawa lari Raja Alengka, Demikian cuplikan fragmen seri Ramayana yang ditampilkan Club Sepatu Roda Mataram Inline Club (MIC) Yogyakarta peserta Pawai Pembangunan Tahun 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta, yang kesemuanya mengenakan costum wayang. Pawai Pembangunan Tahun 2014, dalam rangka peringatan HUT ke-69 Kemerdekaan RI, Daerah Istimewa Yogyakarta, diawalai laporan Kepala Dinas Pariwisata DIY Dr.Ir. Didik Purwadi, M.Ec, selanjutnya diterima oleh Gubernur DIY, yang diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda DIY, Drs. Sulistyo, SH.CN.M.Si, di panggung kehormatan depan Gedung Agung, Yogyakarta, Sabtu sore (23/08). Drum Band Taruna Akademi Angkatan Udara (Karbol) membuka jalan sebagai peserta pertama, dengan penampilan yang gagah, namun menawan, serta beberapa akrobat yang beresiko tinggi, hal tersebut mendapat aplaus dari ribuan penonton yang sudah menyemut sejak pukul 14.00 WIB disepanjang jalan legendaris Malioboro. Peserta diikuti oleh 40 kelompok dari 4 Kabupaten dan Kota di DIY, dengan berbagai macam kreasi seni dan budaya yang disajikan, diantaranya, Pandu Hizbul Wathon, Universitas Negeri Yogyakarta, Dewan Harian Daerah Angkatan 45, Prajurit Kraton dan Kadipaten Pakualaman, Forum Kerukunan Umat Beragama, kesenian Khas Daerah, Komunitas Asmat, Barongsai, Komuniras Sepeda, Andong dan Mobil Hias, kegiatan ini dapat dipakai sebagai ajang promosi wisata seni dan budaya. Hadir dalam acara ini Pejabat TNI dan Polri, Pejabat Pemda DIY, tamu undangan dari perwakilan peserta pawai pembangunan.(ip/skm) Harapan Masyarakat Batik Jogja "Jogja Craft City of Batik " Menjadi KenyataanSistem penggunaan Pewarnaan alami hanya terdapat di Asia Tenggara khususnya di Indonesia tepatnya di Yogyakarta, bukan sebagaimana selama diberitakan bahwa pewarnaan alami tersebut terdapat di Asia Barat. Hal ini dibuktikan oleh Daerah Istimewa Yogyakarta sejak dahulu kala bahwa proses pewarnaan batik yang dikembangkan di DIY selama ini menggunakan pewarna alami indigo . Dan hal ini semakin menguatkan bahwa Yogyakarta sebagai Kota Batik atau ?Jogja Craft City Of Batik? Demikian dikemukakan President Of WCC APR-Asia Paasific Region Dr. Ghada Hiijawi Quddumi selaku ketua Tim Word Craft Counsil (WCC) yang didampingi 6 anggota? lainnya yaitu Surapee Rojanavongse ( mewakili Presiden Of WCC) Yonh Su Khim Judth (mewakili Secretary General of WCC) Marina Umbrete, Ali S Alnajadah (Observer from Quwait) dan Manjari Nirula (Vice Presiden at Crafts Council of India)? siang tadi (Sabtu,23/8/) di Hotel Royal Ambarukmo,Yogyakarta dalam kunjungannya di Yogyakarta dalam rangka identifikasi terhadap Dekranasda DIY sebagai Pembina Kegiatan Kerajinan khususnya dibidang Batik Warisan Budaya Dunia di Yogyakarta. Sementara Itu Ketua Dekranasda DIY GKR Hemas dalam sambutan selamat datangnya menjelaskan bahwa proses pembuatan batik pada masa lalu hanya berkembang dikalangan terbatas yaitu dikalangan kraton yang dikembangkan oleh wanita-wanita pengiring ratu. Pada saat upacara resmi keluarga kraton menggunakan batik di kombinasi dengan lurik. Melihat pakaian yang dikenakan keluarga kraton itu, rakyat tertarik dan meniru sehingga akhirnya batik keluar dari tembok kraton dan meluas dikalangan rakyat biasa dan berkembang pesat hingga saat ini. Menurut GKR Hemas Batik di Yogyakarta terus tumbuh dan berkembang seiring yum,buh dan berkembangnya tekhnologi pertekstilan di Indonesia dan batik tetap memiliki ruang tersendiri di masyarakat, ada sentuhan tradisi yang memiliki nilai sangat tinggi bagi yang melihat maupun yang memakai atau menggunakannya. Oleh karena itu tandas GKR Hemas Dekranasda , Dewan Kebudayaan, Dewan Pendidikan DIY bersama institusi seperti Dispendagkop DIY dan Dinas Pariwisata DIY , Paguyuban Pecinta Batik Sekarjagad, dan Jogja Heritage secara bersama-sama merencanakan, dan mengemas potensi Yogyakarta ,khususnya dibidang batik untuk diusulkan ke Dewan Kerajinan Dunia (Word Craft Counsil /WCC) agar Yogyakarta diakui sebagai Kota Kerajinan batik Dunia. Adapan pertimbangan dari usulan ditetapkannya Yogyakarta sebagai Kota Kerajinan batik lanjut Ketua Dekranas adalah - Sejarah batik di Indonesia khususnya Yogyakarta. ? Pelestarian lingkungan dengan mengembangkan batik warna alami. - Batik menumbuhkan lingkungan industry rakyat . seperti di Taman sari,Kota Yogyakarta, sentra-sentra di Imogiri di Kabupaten Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul dan di Kabupaten Sleman. Pertimbangan lainnya imbuh GKR Hemas adalah - Batik menjadikan sumber pendapatan masyarakat di seluruh wilayah DIY,Batik dikembangkan secara ilmiah oleh Balai Besar Kerajinan dan batik, Perguruan Tinggi maupun sekolah, - Batik sebagai pakaian fashionable, batik telah mendapat pengakuan dari UNESCO dan lain-lain. ? Selain itu batik memiliki peran penting bagi penduduk di DIY karena sebagai seni tradisi budaya dan penggerak perekonomian rakyat ? tandasnya. Sementara itu Prof.Rahardi Ramelan mantan Menteri Perindustrian Perdagangan RI era Presiden Suharto dan saat ini selaku Ketua ? Dewan pakar Yayasan batik Indonesia menyatakan bahwa terkait Kunjunganh Tim Word Craft Council yang didampingi Dekranas Pusat di Jakarta ke Yogyakarta ini untuk mengklarifikasi usulan DIY melalui Dekranasda DIY ke WCC bahwa Jogja sebagai Crat City of batik . Tim WCC ini ingin melihat secara langsung seperti apa dan bagiamana batik di Yogyakarta tumbuh dan berkembang dengan pesat tersebut. Apalagi yayasan batik Indonesia bersama pemerintah telah mencoba memberikan standarisasi batik yang disebut batik atau katagori batik tersebut adalah yang masuk setandarisasi batik itu meliputi :Batik Tulis, Batik cap dan kombinasi batik dan cap. Dan Tim WCC akan membuktikan kreteria yang disebut batik tersebut tetap bertahan dengan baik atau tidak. Dan dari rapat koordinasi antara Dekranas Pusat dan Dewan pakar dan Yayasan Batik Indonesia telah bulat sepakat untuk mendukung dan mengusulkan bahwa Jogja sebagai Craft City of Batik. Sedangkan (Vice Presiden of WCC APR-Asia Pasific Region) dalam kesempatan memberi sambutannya menyatakan bahwa sejak bulan Maret hingga hari ini Tim ini telah menindaklanjuti usulan yang disampaikan Dekranas DIY, dan telah melihat secara langsu Jogja dari hasil pengamatannya akan menjadi nominasi hasil penilaian WCC tersebut. Turut hadir dan menyampaikan paparannya Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY Dr.Ir.Didiek Poerwadi. M.Sc yang didampingi Kepala Disperindahkop DIY, Riyadi Bagus Salyo Subali, Ketua Dewan Kebudayaan Drs.Djoko Dwiyanto.M.Hum, Wakil Ketua Dekranasda DIY Wahyuntono dan unsur pengurus Dekranasda DIY. Mengakhiri pertemuan Ketua Dewan Kerajaninan Nasional DIY bersama Tim WCC,? GKR Hemas memberikan cinderamata kepada Ketua Tim WCC Region Dr. Ghada Hiijawi Quddumi berupa batik gambar wayang. Kunjungan Tim WCC mulai hari ini hingga Senin, 26 Agustus 2014 teragendakan? akan melihat langsung kegiatan kerajinan batik,? baik dilingkungan kraton maupun sentra-sentra industri batik di Kabupaten/ Kota se DIY,serta tempat wisata DIY? (kar/skm) |