Gubernur DIY Buka Pencerahan APPSI Se-Jawa, Bali, Nusatenggara Barat
Gubernur DIY Hamengku Buwono X membuka secara langsung acara Pencerahan? APPSI (Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia) bagi Pejabat Tingkat Provinsi Se-Jawa, Bali Nusa Tenggara Barat di Hotel Inna Garuda, Kamis (12/05).
Acara Pencerahan APPSI ini merupakan lanjutan dari acara pencerahan APPSI sebelumnya yang dilaksanakan di Kantor APPSI bagi Asisten Provinsi Seluruh Indonesia. Acara ini menjadi acara terakhir yang dilaksanakan bagi pejabat provinsi setelah sebelumnya dilaksanakan di Kota Sorong ? Provinsi Papua Barat untuk pejabat se-Provinsi Indonesia bagian Timur. Untuk pejabat se-Provinsi Sulawesi telah dilaksanakan di Kabupaten Mamuju ? Provinsi Sulawesi Barat. Untuk pejabat se-Provinsi Kalimantan telah dilaksanakan di Kota Balikpapan ? Provinsi Kalimantan Timur. Untuk pejabat se-Provinsi Sumatera telah dilaksanakan di Kota Bandar Lampung ? Provinsi Lampung. Terakhir untuk pejabat se-Provinsi Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat dilaksanakan di Kota Yogyakarta.
Gubernur DIY Hamengku Buwono X dalam sambutanya menyampaikan, kegiatan tersebut dirasa sangat penting untuk dilaksanakan. Gubernur berharap kegiatan tersebut dapat memberikan peningkatan pemahaman yang benar kepada pejabat provinsi, sehingga nantinya dapat menyikapi berbagai perkembangan yang sangat dinamis, baik dalam aspek penyelenggaraan pemerintahan, kehidupan berpolitk, perkembangan ekonomi, hingga kehidupan sosial keagamaan.
Selain itu, Gubernur DIY juga mengajak seluruh pejabat se-Provinsi Indonesia khususnya yang berada di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat, untuk kembali menyatukan langkah agar senantiasa memberikan pencerahan dalam dimensi kehidupan pemerintahan daerah yang integratif, holistik, semakin terbuka, dinamis, peka terhadap persoalan yang mendasar, dan juga bisa bekerja dengan hati.
Dalam acara ini, Prof. M. Ryass Rasyid, MA, P.Hd selaku ketua penyelenggara menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan ini bukan merupakan suatu pelatihan atau arahan, melainkan pencerahan yang sifatnya sharing permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Sehingga, dari kegiatan ini muncul ide-ide yang dapat digunakan untuk menyeleseikan masalah yang ada di pemerintah provinsi. (fhtr/***)
Radikalisme Bukan Budaya KitaDalam rangka memberikan informasi kepada masyarakat, kegiatan talkshow yang dikemas dalam acara JOGJA GUMEGRAH, dengan nara sumber Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda DIY, Drs. Sulistiyo,SH,CN,M,Si dan Kepala Badan Kesbanglinmas DIY, Agung Supriyono,SH. Selasa (10/05) di Studio Jogja TV.Jl Wonosari KM 9 Yogyakarta. Dalam dialoq yang membahas tema mengenai radikalisme bukan budaya kita, bukan pula budaya Kota Jogja, namun juga bukan budaya Indonesia. Seperti yang sudah di sampaikan oleh Bapak Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda DIY, Drs. Sulistiyo,SH,CN,M,Si, bahwa radikalisme adalah sesuatu atau seseorang yang ingin melakukan merubah sesuai kehendak dirinya sendiri. Berbicara masalah radikalisme dimana bila ingin mengubah suatu faham maka akan di ikuti oleh suatu bentuk aksi diantaranya kriminal dankekerasan, oleh karena itu perlu adanya tindakan khusus dan itu dimulai dari lingkungan keluarga. Dalam hal perlindungan masyarakat maka pemerintah harus bertindak sesuai Undang-Undang yang ada, regulasi dengan apa yang akan kita lakukan harus sejajar dan seimbang. Aturan itu mengatur kita, aturan-aturan regulasi menjadi bagian upaya pemerintah dalam rangka mengatur segala sesuatunya berjalan dengan baik, termasuk untuk memerangi jangan sampai adanya faham-faham dan radikal yang muncul. Kejadian akhir-akhir ini yang dialami oleh kota Yogjakarta ini perlu adanya pendekatan-pendekatan koordinasi dengan pihak terkait. Kini Yogjakarta khususnya aparat sudah memiliki alat-alat yang cangih untuk menindak tindakan kriminal. Sampai saat Kota Yogjakarta ini tidak adanya tanda-tanda akan adanya radikalisme ataupun munculnya paham-paham baru. Dengan adanya budaya, budaya gotong royong dalam masyarakat dan adanya forum-forum mulai dari tingkat kabupaten dan kecamatan dapat membantu segala bentuk keluhan terhadap masyarakat sekitar, apapun yang dirasa mencurigakan bisa dapat langsung dilaporkan ke forum-forum yang sudah ada. Radikalisme bukan budaya kita maka radikalisme tidak boleh ada disekitar kita tidak boleh ada di Jogjakarta.(ptr/***) Gubernur DIY Tutup Musrembang RKPD 2017Gubernur DIY Hamengku Buwono X secara langsung menutup Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah ) Rancangan Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) tahun 2017 ?di Hotel Inna Garuda, Selasa(10/05). Kegiatan Musrembang yang merupakan tahapan proses perencanaan dengan? melalui berbagai peyelenggaraan kegiatan koordinasi disetiap sektor pembangunan seperti adanya? dengan forum konsultasi publik yang dimaksdukan untuk menggali masukan dari publik yang memperhatikan hasil penyusunan pokok - pokok pikiran DPRD DIY,Secara resmi? dinyatakan ditutup oleh Gubernur DIY. Kepala BAPPEDA DIY, Drs. Tavip Agus Rayanto, M.Si melaporkan bahwa, dengan mengacu pada permaslahan ? permasalahan pembagunan? yang ada di DIY, melalui Musrenbang ini telah ditentukan? tema dengan kata kuci yaitu ?bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi ?, yang dengan adanya pertubumbahan itu? bisa mengurangi angka kemiskinan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan? kata Kuci tersebut telah di tentukan tema RKPD 2017? yaitu ?aktualisasi Jogja? Gumregah? dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan perekonomian yang berkeadilan guna menurunkan angka kemiskinan dan ketimpangan wilayah?. Tema ini selaras dengan ?tema pemerintah yaitu memacu pembangunan infrastruktur dan ekonomi untuk mengurangi kemiskinan? dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Harapan Gubernur dengan tema inilah nantinya setiap kabupaten kota dapat menjadi subtema dari sistem pemerintahan pusat Provinsi sehingga perencanaannya bisa lebih terintregasi. Gubernur DIY ?dalam hal ini juga memberikan arahan terhadap Tim anggaran Daerah dan? seluruh jajaran SKPD ?untuk memahami konsep money follow ?Program yang sebelumnya pemerintah menganut money follow function. Sehingga Pemerintah Daerah dan Kabupaten kota harus bisa mensikronkan mana yang dimaksud program prioritas. Gubernur DIY juga menyampaikan bahwa pada tahun 2016 dari 2400 program yang diajukan sudah dipotong menjadi 1700 program dan mungkin di? tahun 2017 ini akan dipotong lagi menjadi 1300 atau 1500 program. Menurut Gubernur DIY pemangkasan itu dilakukan karena tidak ada logika dan tidak sinkronisasi antara APBD yang ?setiap tahun meningkat dengan? kegiatan yang ?ikut meningkat. Program? inilah yang dimaksud program yang tidak prioritas untuk Pembangunan Kesejahteraan masyarakat. Dalam Acara ini juga diadakan? penyerahan penghargaan Reka Cipta Bakti Nugraha yang jatuh pada Kabupaten Kulonprogo sebagai Terbaik Pertama, Kabupaten Sleman Terbaik Kedua, dan Kabupaten Gunungkidul Terbaik ketiga. Ketiga Kabupaten nantinya akan maju mewakili DIY untuk? ketingkat Nasional. Penutupan Musrenbang ini didihadiri diantaranya oleh? Mentri Keuangan Indonesia yang diwakili oleh Direktur Pembiyayaan dan? Kapasitas daerah Dr. Ahmad Yani, Ak., S.H., M.M, Anggota DPD RI,Pimpinan DPRD , Angota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah DIY, Walikota dan Bupati Se - DIY, Serta? Kepala SKPD DIY dan SKPD? DIY terkait. (str) Gubernur DIY Resmikan 3 Pasar Tradisional di Kabupaten BantulGubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X didampingi ?Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi menghadiri sekaligus meresmikan ??Pasar tradisional Sorobayan, Grogol, dan Koripan ?Ds. Gadingsari Kec. Sanden Kab. Bantul, Selasa (10/05). Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutanya menyampaikan pesan kepada masyarakat, agar bisa bekerjasama dengan pengelola pasar untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan pasar. Karena kebersihan merupakan suatu hal penting yang harus ditanamkan di pasar tradisional. Supaya masyarakat tidak terus menerus beranggapan bahwa pasar tradisional adalah pasar yang kumuh dan kotor, sehingga nantinya masyarakat memilih untuk belanja di pasar swalayan atau mall. Selain itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X juga berpesan kepada manajemen UPT Pemda selaku pengelola pasar untuk menjaga kondisi pasar yang bersih dan nyaman. Tidak hanya sekedar menarik retribusi, tetapi juga bisa mengkonsolidasikan potensi para pedagang. Bupati Bantul Drs. H. Suharsono melaporkan kondisi geografis ke tiga pasar tradisional yang diresmikan. Pertama, pasar Sorobayan terletak di Ds. Gadingsari Kec. Sanden, Kab. Bantul, dengan lahan seluas 12.600m2 dan dengan jumlah pedagang 290 orang. Kedua, pasar Koripan terletak di Ds. Poncosari, Kec. Srandakan, Kab. Bantul memliki luas lahan 532m2, dan jumlah pedagang sebanyak 64 orang. Ketiga, pasar Grogol berada di Ds. Mulyodadi, Kec. Bambanglipuro, dengan lahan seluas 819m2, dengan jumlah pedagang 26 orang. Dijelaskan pula oleh Bupati Bantul, bahwa ketiga pasar tersebut direhabilitasi pada tahun 2015 dengan menggunakan sharing anggaran APBD DIY dan APBD Bantul. Selain itu, rehabilitasi dilakukan pada Los lama, penambahan Los, penambahan kios, rehab kantor pengelola, pembangunan mushola, kamar kecil, lahan parkir, serta pagar keliling pasar. Turut hadir pula dalam kegiatan ini Asisten Bidang Keistimewaan DIY, Wakil Bupati Bantul, Kepala BBPKAD DIY, Sekda Kabupaten Bantul, Asisten Sekda Kabupaten Bantul, Kepala SKPD dan Camat sekabupaten Bantul, dan Lurah Desa Gadingsari. (Ftr/***) Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB XKeraton Yogyakarta memperingati Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X di Bangsal Kencono. Kraton Yogyakarta. Sabtu (7/5). Kegiatan Tingalan Jemenengan Dalem yang merupakan perayaan naiknya Sri Sultan HB X sebagai Raja Keraton Yogyakarta pada tahun ini lebih spesial, sebab sekaligus merayakan usia Sri Sultan HB X yang ke-70. Dimulai dari tambur dan terompet yang dimainkan, sembilan penari yang merupakan empat puteri Sultan dan lima Sentono Dalem atau kerabat dekat, masuk ke Bangsal Kencono. Adapun penari berjumlah sembilan orang melambangkan sembilan arah angin, dan dipercaya merupakan angka sakral. Dalam Tingalan Jumenengan Dalem ini, empat puteri dari Sri Sultan HB X sempat mementaskan tari Bedhaya Tirta Hayuningrat sebelum acara ramah tamah dan makan malam. empat puteri Sultan yang menari yaitu GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Hayu, dan GKR Bendoro. Tari Bedhaya Tirta Hayuningrat sendiri merupakan ciptaan Raja Keraton Yogyakarta untuk menghibur 500 tamu undangan pada Tingalan Jumenengan Dalem.Tarian Bedhaya Tirta Hayuningrat menceritakan tentang lenggahing Harjuna. Penari Bedhaya diiringi dengan gendhing ketawang merupakan inti dari tarian Rangkaian Tingalan Dalem Penghageng Tepas Thandayekti Keraton Yogyakarta, GKR Hayu menjelaskan sebelum tingalan dalem dilaksanakan, pihaknya terlebih dulu melakukan upacara Ngebluk pada Kamis (5/5/2016). Upacara Ngebluk sendiri merupakan prosesi pembuatan bahan untuk upacara Ngapem. ?Upacara Ngebluk adalah rangkaian kegiatan awal dari Tingalam Jumenengan Dalem. Acara dimulai sejak pukul 09.00 WIB,? ujar GKR Hayu. Pada upacara yang dipimpin Garwa Dalem Keraton Yogyakarta, GKR Hemas, menurut Hayu terdapat dua jenis adonan atau jladren yang dibuat. Adapun dua adonan tersebut yakni adonan apem mustaka dan jladren alit yang menghabiskan 225 kilogram tepung beras. Dia menambahkan, bahan lain untuk membuat adonan apem yaitu gula jawa, gula pasir yang telah dicairkan, dan tape ketela yang telah dihaluskan. Ke empat bahan tersebut pada saat itu dituangkan oleh KGR Hemas ke dalam satu wadah, kemudian abdi dalem keparak mengaduknya. ?Setelah adonan tercampur rata, kemudian adonan dituangkan ke dalam enceh atau wadah besar. Adonan apem ditempatkan di enceh, didiamkan semalaman sampai adonan mengembang,? jelasnya. Lalu keesokan harinya, Jumat (6/5/2016), lanjut GKR Hayu, ?Garwa Dalem GKR Hemas, Puteri putri Dalem, dan dihadiri Sentono Dalem melakukan upacara Ngapem di Bangsal Keputren?. Adonan yang sebelumnya berada di dalam enceh, dimasukkan ke dalam cetakan yang di bawahnya terdapat tungku arang. Panghageng Tepas Dwarapura Kraton, KRT Jatiningrat mengungkapkan, apem berasal dari afwun yang berarti permohonan ampunan dan keselamatan. Dalam upacara adat jawa, apem lazim ada karena merupakan simbol permohonan ampunan dan keselamatan.??tandasnya?.(tim humas ) |