Anjungan DIY Suguhkan Cing-Cing Goling di Pawai Budaya TMII
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Diono Kordinator Unit Kerja Badan Pengelola dan Pengembangan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) melepas 26 peserta Pawai Budaya Nusantara melibatkan Anjungan Daerah yang berada di TMII, sebagai perwakilan seluruh Indonesia dalam rangka Peringatan Hari Ulang Tahun TMII ke-41 tahun, yang jatuh pada tanggal 20 April 2016. di Jakarta Rabu (20/5).
Dalam Pawai Budaya Nusantara, Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menampilkan Upacara Adat Cing-Cing Goling, adalah upacara tradisi yang hidup di masyarakat Gedangrejo, Karangmojo, Gunungkidul, sebagai wujud syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas panenan hasil bumi yang baik upacara tradisi ini? biasanya diselenggarakan bersamaan bersih desa atau rosulan, dengan? memotong ayam (ingkung) dalam jumlah banyak (biasanya mencapai 500 ekor), dengan nasi gurih serta kelengkapanya.
Tradisi ?ini sudah berjalan sejak lama hingga sekarang, setelah ingkung ayam dan kelengkapanya dikumpulkan pada suatu tempat yang ditentukan, dilanjutkan doa bersama yang dipimpin pemangku adat dalam lingkup masyarakat setempat, selanjutnya ingkung tersebut dimakan bersama-sama dan dibagi-bagikan, tidak hanya untuk masyarakat setempat, namun siapa saja yang datang dan mau dipersilahkan ikut menikmati, bahkan upacara adat cing-cing goling ini sudah menjadikan agenda pariwisata di Gunungkidul.
Upacara tradisi ini oleh Anjungan DIY, disuguhkan dalam pawai budaya nusantara, dikemas dalam bentuk tarian, diiringi tetabuhan yang diangkut mengunakan alat transportasi jaman dulu berupa gerobak sapi, serta didukung 60 penari, hingga cukup menarik perhatian pengunjung yang memadati TMII sore itu, tampilan ingkung ayam yang diarak dalam pawai budaya tersebut menjadi daya tarik tersendiri.
Sehari sebelumnya (19/4) masih dilingkungan TMII, dalam acara yang sama HUT TMII, digelar Festival Kuliner Nusantara, masakan khas daerah, yang diikuti 33 peserta anjungan, para yuri masakan terdiri dari Siska Switomo pakar kuliner, Tjutjuk Cahyana dosen tata boga UNJ, dan Hj. Supardan mantan ketua APJI DKI, sementara untuk anjungan DIY menampilkan sajian Sego Golong, dengan beberapa variasi makanan pendamping, diantaranya Kapi Ratu, Manuk Nom serta Wedang Setup Pisang.
Menurut Ratna Wulan N,? pengunjung yang hadir dalam festival kuliner mengatakan, dengan kegiatan ini cukup senang, karena dapat diketahui oleh umum aneka macam tradisi yang dikemas dalam pawai budaya dan masih hidup dimasyarakat, serta masakan unggulan khas daerah masing-masing dengan berbagai corak warna dan rasa, sehingga menjadikan daya tarik tersendiri untuk pengembangan pariwisata. (ip)
Gotong Royong Bedah Rumah Harus Di Gelorakan KembaliBedah rumah merupakan salah satu agenda Bupati dan Pemda kabupaten Kulon Progo yang sedang di laksanakan setiap hari minggu selain untuk mempercepat turunnya angka kemiskinan, juga menumbuh kembangkan kembali rasa kegotong-royongan di tengah masyarakat yang saat ini mulai terkikis oleh hiruk-pikuknya era tekhnologi dan globalisasi . Oleh karena itu kegotong-royongan dan kebersamaan? di antara kita? harus di gelorakan lagi sebab semenjak? ibaratnya , kita di? Kandungan? ibu,keluar dari kandungan ibu, kita kecil hingga dewasa bahkan sampai meninggalpun membututuhkan bantuan orang lain. Sehingga sangatlah tepat apabila masyarakat di Kulon Progo ini tetap melesatarikan Gotongroyong/ sambatan? membangun rumah bersama masyarakat seperti Bedah rumah ini. Demikian disampaikan Wakil Bupati Kulonprogo Drs.H.Sutedjo dalam liputan khusus TVRI kerjasama dengan Bidang Humas Dinas Kominfo DIY siang kemarin (minggu,17/04) pada kegiatan bedah rumah milik Rubino? dan Adiyono di Dusun Gayam, milik Tukiyem di Jalin, Dono mulyo? seluruhnya di Kecamatan Nanggulan,Kabupaten Kulon Progo yang didampingi Forkompimda Kabupaten Kulon Porgo seperti Dandim Kulon Progo, para Asisten, Kepala Dinas serta pejabat lainnya. Khusus rumah Tukiyem di Dusun Jalin, Donomulyo, Nanggulan Kulon Progo menurut Kepala Desa Donomulyo Nanggulan ?Slamet menjelaskan bahwa? Bedah rumah milik? Ibu Tukiyem ini akan menghabiskan anggaran Rp.37.284,000,- yang berasal? dari bantuan Baznas Kulonprogo sebesar? Rp.10 juta, bantuan dari Kecamatan Nanggulan Rp.500 ribu, serta bantuan dari swadaya masyarakat Rp.27 juta. Hingga hari ini di Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan masih ada 49 rumah warga masyarakat yang kurang memenuhi criteria Kesehatan dari 69 rumah KK miskin. Sisanya tersebut akan di selesaikan dalam kurun waktu 3 tahun ini hingga 2018 nanti. Dibagian lain dalam sambutannya Wakil Bupati Kulon Progo mengatakan bahwa Bedah rumah semacam? ini di Kulon Progo akan terus dilakukan selama masih ada donator yang peduli, sehingga program Kulon Progo bebas kemiskinan capat terwujud. Dan dia menghimbau kepada masyarakat untuk menengok rumah kanan kirinya, apa bila rumah kanan kirinya masih memprihatinkan, kiranya sudi mengulurkan dananya untuk membantu mereka untuk meningkatkan derajat hidupnya.. Diakhir kunjungannya di 3 lokasi bedah rumah tersebut |Bupati bersesempatan menyerahkan bantuan untuk bedah rumah tersebut secara simbolis.(Krn) Ketua MPR RI Temui Gubernur DIY Dalam Rangka Amandemen GBHNKetua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia, Dr. (HC) Zulkifli Hasan, SE, MM menemui Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada hari Jumat siang (15/4) di Gedhong Willis, Kompleks Kepatihan Yogyakarta. Tujuan Ketua MPR RI ini yaitu meminta masukan dari? Sri Sultan terkait dengan adanya kajian ulang untuk reformulasi ulang ataupun amandemen Garis-Garis Besar? Haluan Negara (GBHN). Menurut Zulkifli, banyak kalangan yang berpendapat ingin kembali ke UUD 45 yang dulu, namun ada juga yang bilang bahwa yang sekarang sudah bagus. Oleh karena itu MPR perlu mengkaji ulang GBHN ini setelah perkembangan reformasi yang sudah berjalan selama 18 tahun. Haluan negara itu sangat penting, dan saat ini yang dibutuhkan adalah haluan negara yang komprehensif, yaitu yang tidak hanya mengenai pembangunan ekonomi politik, sosial budaya, tetapi juga pembangunan karakter bangsa. ? Sultan adalah Gubernur pertama yang kami kunjungi, karena merupakan salah satu pelaku reformasi ? kata Zulkifli. Selain nantinya juga akan mengajak diskusi dengan gubernur, bupati ataupun pakar hukum tata negara lainnya. Dalam rangka melakukan tahapan sosialisasi ini, MPR juga mengajak diskusi kurang lebih 50an kampus. Dalam rangka itulah, MPR ?juga mengadakan kegiatan Forum Group Discussion yang diselenggarakan di Yogyakarta kemarin (jumat, 15/4) di Sheraton Hotel dengan tema ?Reformulasi Sistem Perencanaan Pembangunan dengan Model GBHN?. Mengenai kemungkinan apakah amandemen akan kembali seperti sebelum reformasi, Ketua MPR ini mengatakan bahwa banyak pertanyaan seperti itu dan bahkan? ada yang mengkhawatirkan berarti seperti akan membuka kotak Pandora. Namun Zulkifli menegaskan bahwa kajian ini hanya sebatas haluan negara yang komprehensif itu seperti apa. Zulkifli lebih lanjut menyampaikan bahwa merujuk pada Bab 16 Pasal 37 ayat 2 Perubahan UUD 1945 kalau amandemen tidak akan mungkin terjadi pelebaran. Sebab dalam Pasal 37 ayat 2 itu ada pembatasan dan menyebutkan bahwa setiap perubahan harus diagendakan MPR dan harus disetujui sedikitnya 1/3 (sepertiga) anggota majelis dan seterusnya. Hadir mendampingi ketua MPR RI, anggota MPR lainnya diantaranya Martin Hutabarat (Pimpinan Badan Pengkajian? Fraksi Gerindra), Riza Patria (Fraksi Gerindra), Muzzamil Yusuf dari Fraksi PKS, dan Desy Ratnasari dari PAN. Sementara Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X salah satunya menyampaikan masukannya bahwa GBHN yang merupakan perencanaan pembangunan harusnya dipastikan terlebih dahulu pembangunan negara ini kearah kontinental atau maritim. Karena apabila hal ini masih belum jelas, ?otomatis arah strategi pembangunan negara ini juga masih belum jelas. Jadi menurut Sultan, antara arah pembangunan dan perencanaan harus match / sesuai. Misalnya arah pembangunan negara ini kontinental dan hasilnya amandemen GBHN ini adalah arah ke maritim, tentunya hal ini tidak match. ?Kalau saya, negara ini memang kepulauan yang disatukan oleh laut, ya maritim, karena keyakinan saya antara Sumpah Pemuda, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika itu produk maritim, bukan kontinental. Karena kontinental itu dasarnya kekuasaan mayoritas minoritas, one man one vote. Kalo maritim kan legaliter, sehingga demokrasi itu tujuan, bukan alat. Sehingga kebersamaan bisa tetap dibangun, ? lanjut Sultan. Gubernur juga menyampaikan bahwa sebetulnya dalam membangun daerah, GBHN itu sama dengan RPJMD/RPJP di daerah. Di daerah juga ada Perda tetapi bagi kepala daerah atau Gubernur/Bupati yang tidak melaksanakan itu belum ada punishment. Menurut Sultan apabila GBHN seperti itu berarti sama dengan RPJMD, hanya termuat dalam konstitusi atau tidak, peran yg dilakukan pemerintah sama DPR dipindahkan ke MPR . Hanya sekarang ini punishment-nya belum ada kalau eksekutif presiden, gubernur dan bupati tidak melaksanakan GBHN. Adapun bentuk punishmentnya itu seperti apa, kata Gubernur DIY dapat dibicarakan bersama melalui dialog. (isn) Ayo Cegah dan Lawan Diabetes dengan Perilaku ?CERDIK?Dalam rangka memperingati hari kesehatan sedunia, Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta mengelar jalan sehat dan senam di Monumen Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta Jumat,(15/04). Mengambil tema ?Ayo Cegah & Lawan Diabetes?, kegiatan yang dilakukan dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Sedunia ini mengkampanyekan cegah dan lawan diabetes. Diabetes? adalah suatu penyakit menahun(kronis) yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah melebihi nilai normal. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan namun dapat dikendalikan dan dilakukan pencegahan sejak dini. Drs. Sulistyo. SH. CN. M.Si selaku Asisten Pemerintahan & Kesra Sekda DIY memberikan sambutan sekaligus melepas Jalan Sehat dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Sedunia. Dengan mengambil tema mengenai cegah dan lawan diabetes, jika kita ingin sehat kita harus melakukan gerak minimal 30 menit setiap harinya, dan untuk melakukan kegiatan pencegahan ada baiknya kita mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, jangan malas harus bergerak, pemeriksaan kesehatan sejak dini. Orasi juga dilakukan berhubungan dengan Tema ?Ayo Cegah & Lawan Diabetes?. Diabetes biasa? orang awam menyebutkan ?Penyakit Gula?. Penyakit diabetes dapat dicegah dengan cara melakukan gaya hidup sehat, dengan perilaku ?CERDIK?, Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin melakukan aktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat yang cukup, Kelola srtes, dengan perilaku itulah dapat mencegah diabetes. Dengan pemeriksaan dini atau melakukan cek ?kita dapat mencegah dan melaawan Diabetes. Rangkaian acara dilanjutkan dengan senam masal yang diikuti oleh peserta jalan sehat pada peringatan Hari Kesehatan Sedunia.(ptr/***) Dinas Pariwisata DIY Ajak Masyarakat Bersih ? Bersih Jalan MalioboroUntuk mewujudkan pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta yang bersih, nyaman, sejuk dan Indah, Dinas Pariwisata? DIY? menggelar? Aksi Sapta Pesona dalam bentuk gotong royong membersihkan sepanjang jalan Malioboro di mulai dari ?Titik 0 km, Jumat (15/04). Dinas Pariwisata? DIY melalui dana dekon dari Kementrian Pariwisata melaksanakan penerapan Aksi Sapta Pesona yang ke 3 yaitu bersih ?dalam wujud?kegiatan bersih -? bersih sepajang jalan malioboro, diikuti oleh segenap pegawai ?Dinas?? Pariwisata dan SKPD terkait?? bersama warga masyarakat ?kurang lebih 300 orang. Tujuan dari Aksi Sapta Pesona dengan melaksanakn kegiatan? bersih ? bersih ini, supaya ?mewujudkan Yogyakarta yang mempunyai predikat kota wisata bisa bersih , dengan demikian ?para wisatawn baik domistik maupun luar apabila jalan jalan ke Malioboro akan nyaman, karena malioboro bersih dan indah dipandang. Guna mengingkatkan para pengelola wisata maupun kelompok kelompok sadar wisata untuk bisa mengelola tempat wisatanya dengan baik, menjaga kebersihan, supaya yang berkunjung ketempat wisata merasa nyaman. Malioboro dibersihkan ini salah satu contoh momentum kegiatan Sapta Pesona Wisata, yang dipelopori oleh Dinas Pariwisata DIY. Diharapkan nantinya ?Aksi Sapta Pesona ini dilakukan secara rutin, dan tidak hanya dilakukan di Kota Yogyakarta, tetapi juga disetiap Kabupaten dan tempat tempat wisata. Sehingga dengan terbentuknya kesadaran masyarakat inilah akan mendukung pengembangkan kepariwisataan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. (str/***) |