Batik Tercipta Sebagai Hasil Dari Proses Budaya
Melengkapi rangkaian acara JIBB 2016, tadi malam (12/10) diadakan acara jamuan makan malam dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X. Acara yang bertempat di Bangsal Sri Manganti Kraton Yogyakarta tersebut dihadiri oleh Presiden World Craft Council Asia Pasifik, anggota Forkompimda DIY, perwakilan BI Yogyakarta, bupati/walikota se-DIY, dan segenap tamu undangan.
Gubernur DIY mengungkapkan dalam sambutannya bahwa seni batik sarat pendidikan etika dan estetika. Selain itu juga mempunyai makna dalam menandai peristiwa penting dalam kehidupan manusia Jawa.
Batik corak Yogya mempunyai kekhasan, masih mempertahankan metode canting dalam proses pembuatannya, karena batik tulis dianggap bisa lebih membuat nilai filosofis batik menjadi lebih bermakna. Sementara motifnya ditengarai dalam bentuk geometris dalam ukuran besar.
Sejarah batik dimulai sejak ditemukannya prasasti Belitung, yang mengisahkan suatu pesta dimana setiap tamu kehormatan mendapatkan hadiah berupa tebet (kain). Deskripsi kain ini mirip dengan yang sekarang disebut batik. Bukti tersebut dikuatkan dengan pakaian ?yang terukir ?di arca kuno. Prof. Timbul Raharjo, arkeolog UGM bahwa teknik pengolahan kain sebenarnya telah ada sejak abad ke 4, sejak masuknya pengaruh Hindu.
Pada hakekatnya batik bukan penemuan tiba-tiba tetapi merupakan hasil proses budaya yang telah ?diwariskan oleh generasi sebelumnya.
Usai sambutan, para tamu undangan dipersilahkan menikmati jamuan sambil menyaksikan tarian klasik Golek Putri Asmarandana dan Golek Menak Rengganis Widaninggar. (nier)
Yogyakarta Sebagai Pintu Masuk Dunia Tentang BatikGelaran Jogia International Batik Biennale (JIBB) Tahun 2016 dilaksanakan di Yogyakarta, diikuti dari berbagai daerah se-Indonesia dan mancanegara, disamping empat Batik Kraton turut serta memajang batik-batik koleksinya. JIBB 2016 dibuka oleh Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional Hj. Mufidah Jusuf Kalla di Jogja Expo Centre (JEC) Yogyakarta, Rabu (12/10). Dalam sambutannya Mufidah menjelaskan? JIBB kali ini ditekankan pada sisi edukasi, diskusi, simposium, ?workshop,? yang semuanya terkait dengan batik serta pameran, dan dilaksanakan secara berkesinambungan dalam dua tahun sekali. Batik Indonesia telah diakui dunia sebagai daftar kekayaan tak benda, hari ini merupakan pengakuan internasional terhadap salah satu Budaya Indonesia, yaitu Batik Indonesia, yang diharapkan dapat mengangkat harkat dan kesejahteraan para pengrajin batik di Indonesia. Lebih lanjut dikatakan dalam hal ini Dekranas dan Kementrian Perdagangan telah menjadi penjurian dalam suatu lomba, sehingga tercetus ide untuk mengangkat salah satu kota penghasil batik di Indonesia untuk menjadi kota batik dunia, dan salah satu yang cepat menanggapi kesempatan ini adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). ?Jogja sebagai kota batik dunia oleh World Craft Council (WCC) dinilai berdasarkan beberapa kriteria diantaranya nilai sejarah, budaya, upaya pelestarian dan aneka pengembangan, mempunyai menilai ekonomi yang menunjang masyarakat, kepedulian lingkungan, memiliki reputasi internasional dan komitmen yang berkesinambungan? pungkasnya. Sementara Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X ?menjelaskan, JIBB 2016 ini selain selebrasi, apresiasi atas penghargaan Jogja Kota Batik Dunia oleh WCC, juga dijadikan review komitmen stakeholder atas penetapan batik sebagai representasi budaya warisan tak benda oleh UNESCO pada tahun 2009. Hal tersebut tampak berada dalam arus besar grand fashion masa kini yang berakar pada konsep tradisional, sebagai bentuk inovasi, rancangan batik menerobos style fashion dunia, dan sebagai hasil produk tradisi harus tetap? mengekpresikan identitas bangsa yang unik dan potentif bahkan tourism. ?Sebuah riset masa kini tren fashion banyak menawarkan perancang busana, untuk mengaktualkan sentuhan etnik kepada gaya busana seperti materi bahan dan corak, modifikasi busana, variasi potongan yang mensinkronkan kekhasan etnik dan karya cipta modern? tandas Sultan. Ketua Dekranas DIY, GKR Hemas dalam sambutanya yang dibacakan Wakil Dekranas DIY Drs. H. Wahyuntono melaporkan Yogyakarta sebagai kota yang pada bulan? Oktober 2014, oleh WCC mendapatkan pengakuan sebagai kota batik dunia, karena itu yogyakarta akan menjadi pusat informasi, atau pintu masuk bagi dunia tentang batik? yang tersebar diseluruh pelosok indonesia. Dekranas DIY bersama dengan instansi terkait swasta serta pemangku kepentingan, terus memebri perhatian kusus kepada batik, JIBB tahun 2016? untuk memaknahi gelar yogyakarta kota batik dunia, gelaran ini akan diselenggarakan tanggal 12-15 Oktober 2016, merupakan salah satu bentuk tanggung jawab atas gelar tersebut yang telah diakui secara internasional. Perhelatan ini dihadiri oleh peserta dari berbagai penjuru dunia dan? diselenggarakan pameran, simposium internasional, fashion show, workshop dan kunjungan seni tentang batik kususnya dan seni kerajinan batik. Hal ini diharapkan dapat membuka mata dunia, bahwa indonesia memiliki potensi budaya seni ekonomi dan tingkat pendidikan yang setara denga negara maju lainya. Pembukaan JIBB tahun 2016 ditandai dengan mencanting oleh Hj. Mufidah JK, didampingi Gubernur DIY, Wakil Ketua Dekranas DIY, dan juga dihadiri oleh Presiden WCC Asia Pasifik Dr. Ghada Hijjawi-Qaddumi pejabat Pemda DIY, pelaku seni batik, dan diakiri peninjauan keliling. (ip) JIBB Akan Diresmikan Oleh Ny. Mufidah Jusuf KallaPerhelatan Jogja International Batik Biennale (JIBB) akan digelar pada 12-16 Oktober 2016. Menurut Ketua Penyelenggara JIBB, Dr. Ir. Didik Purwadi, M. Ec. rencananya JIBB akan diresmikan oleh Ny. Mufidah Jusuf Kalla di Jogja Expo Center (JEC) Banguntapan, Bantul pada Rabu (12/10), pukul 10.00 WIB. Perhelatan ini digelar dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional serta selebrasi atas Yogyakarta yang dianugrahi sebagai Kota Batik Dunia oleh Dewan Kerajianan Dunia (World Craft Council/ WCC) pada Oktober 2014 lalu. Acara yang mengusung tema ?Tradition for Inovation? ini akan digelar di beberapa lokasi. Pameran dan fashion show akan digelar di JEC, International Symposium of Jogja World Batik City dilaksanakan di Royal Ambarukmo Hotel, dan Imogiri Bantul sebagai lokasi workshop dari 200 peserta yang berasal dari pemerhati batik nasional dan internasional. Dalam pelaksanaan JIBB ini, para peserta tidak hanya melihat berbagai macam batik nasional maupun internasional, tetapi mereka dapat mengetahui sejarah hingga filosofi dari motif-motif batik tersebut. Terdapat 150 batik yang menceritakan tentang kelahiran hingga kematian. Tujuan akhir yang ingin dituju acara ini adalah munculnya kesadaran publik akan nilai keluhuran batik Yogyakarta. ?Kita tidak bicara semata-mata pada hasil jadi, tetapi pada prosesnya. Bagaimana rantai ekonomi tercipta dari sebatang canting, hingga kompetisi yang bisa saja menggerus kehadiran para pembatik tradisional? terang Pak Didik yang juga menjabat Asisten Keistimewaan Setda DIY ini. Acara ini juga diharapkan menjadikan Yogyakarta menjadi center dan pintu gerbang batik dunia. (fy) Wakil Gubernur Paku Alam X Kukuhkan dan lepas Kontingen (PEPARNAS) DIYPembangunan keolahragaan menuntut dimensi waktu yang cukup panjang demi mencapai kualitas hasil yang langgeng, melingkupi semua bidang olahraga dan olahraga prestasi secara proporsional, sehingga tercipta interaksi sinergis yang berlangsung secara sistematik, berjenjang, dan berkelanjutan. Penegasan demikian disampaikan Wakil Gubernur Paku Alam X ?ketika membacakan sambutan tertulish? Gubernur DIY Sri Sultan HB X pada pengukuhan dan pelepasan Kontingen? Pekan Paralympic Nasional (PEPARNAS) XV 15-24 Oktober 2016 di Provinsi Jawa Barat. Menurut? Ketua Kontingen Paralympic DIY 2016? Haryanto bahwa dalam ajang (PEPARNAS) XV 15-24 Oktober 2016 di Provinsi Jawa Barat Kontingen DIY berjumlah? 100 orang?? peserta? yang terdiri dari 4 klasifikasi/Disabilitas yaitu 61 atlit Tuna daksa, 5 atlit tuna rungu, 4 atlit tuna grahita , 20 atlit tuna netra dan 50 ofisial (pelatih, pendamping dan lain-lain) dengan mengikuti 10 cabang olahraga: Angkat berat, atletik, Bulutangkis, catur, goalball, panahan, bulutangkis,, tenis meja, tenis lapangan, dan voli. Adapun target yang ingin dicapai lanjut Haryanto selaku ketua Kontingen adalah 18 medali emas atau peringkat 10 besar. Dalam kesempatan? pengukuhan Kontingen Paralympic DIY tersebut? Gubernur DIY melalui? Wakil Gubernur Paku Alam? X berharap para atlet dan official serta tim pendukung lainnya dari DIY, untuk mempersiapkan diri seoptimal mungkin dan selalu menjaga kebugaran serta jiwa semangat bertanding yang tinggi pantang menyerah guna membela nama daerah di kancah nasional. Senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki peringkat agar lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya, serta melihat peluang prestasi yang mungkin bisa menjadi harapan terbaik untuk diraih. Namun demikian, ?tandas Gubernur DIY sesuai dengan jiwa yang terkandung dalam olahraga yaitu sportivitas, maka para atlet diharapkan juga dapat menjunjung tinggi nilai sportivitas. Memang harus berusaha secara maksimal untuk meraih prestasi terbaik, ?jangan sampai prestasi tersebut tercoreng dengan perbuatan yang menyimpang dari unsur sportivitas, dengan menjunjung permainan yang bersih dan cantik sehingga akan diperoleh hasil yang sempurna. ? Saat ini kompetisi olahraga baik di tingkat nasional maupun internasional semakin ketat dan keras. Hanya dengan keuletan dan kerja keraslah prestasi gemilang olahraga dapat kita wujudkan. Seperti ajang PEPARNAS ini, dapat menjadi ajang puncak prestasi bagi para atlet kita, karena ajang tersebut merupakan barometer untuk mengukur keberhasilan daerah dalam pembinaan olahraga yang dipertandingkan secara nasional. ?tandasnya Pengukuhan dan pelepasan ?Kontingen? Pekan Paralympic Nasional (PEPARNAS) XV DIY tahun 2016 selain dengan? pengenaan jaket atlit oleh? Wakil Gubernur Paku Alam X secara simbolis kepada perwakilan atlit juga penyerahan? bendera Kontingen DIY kepada pimpinan kontingen DIY yang dilanjutkan dengan memberikan ucapan selamat bertanding di Arena Paralympic Nasional di Jabar.(krn). Yogyakarta menjadi Tuan Rumah Simposium Illegal FishingSebanyak 250 ?orang utusan ?dari 45 Negara 45 diantara? Menteri/setingkat? Menteri? Perikanan dari 5 Benua (Asia, Amerika, Australian dan Afrika,Eropa) selama 2 hari (10-11/Okt 2016) berada di Yogyakarta dalam rangka mengikuti Simposium pemberantasan kejahatan perikanan tingkat internasional kedua atau "The 2nd International Symposium on Fisheries Crime" yang pembukaan dilakukan oleh Presiden RI.? Ir. H.Joko Widodo ?di Gedung Agung Yogyakarta tadi pagi (Senin,10/10). Gubernur DIY Sri Sultan HB X dalam sambutan selamat datangnya menyampaikan bahwa Indonesia kaya akan hasil laut , Bangsa Indonesia belum dikenal sebagai pemakan ikan, oleh karena itu budaya bahari? harus diwujudkan melalui revolusi mental dimana ikan menjadi menu utama.? Sebab gemar makan ikan laut? selain mencerdaskan bangsa , juga akan terbenahinya tata kelola kelautan ?Indonesia menjadi lebih kompatibel dan kredibel. Menurut Gubernur DIY? jika konsumsi ikan orang Indonesia? lebih banyak dari jepang artinya? 2 kali dari data base akan mendorong pemerintah? untuk lebih intens? menangani laut? agar kebutuhan konsumsi ikan? bagi penduduk terpenuhi, sehingga fish crime pun lebih digalakkan lagi dengan meningkatkan koordinasi? baik dalam kelembagaan maupun pengaturannya. Karena menurut Hemat Sultan jika fish crime diperangi? dan pembangunan infrastruktur kelautan ditingkatkan maka keselamatan dan keamanan laut akan meningkat sehingga tidak terjadi lagi penyanderaan awak kapal diwilayah teroterial Indonesia? sendiri. Menteri Kelautan dan Perikanan RI? Susi Pudjiastuti dalam laporannya menyatakan bahwa mengikuti Simposium pemberantasan kejahatan perikanan tingkat internasional kedua atau "The 2nd International Symposium on Fisheries Crime" sebagai kelanjutan Simposium sebelumnya yang dilaksanakan bulan Oktober 2015 di Norwegia dan simpusium ini sebagai wadah berkumpulnya para ahli,.praktisi dan pejabat pemerintah , aparatur penegak hukum ?lainnya untuk bertukar pikiran/ pengalaman? yang akan menghasilkan? terobosan baru untuk penanganan kejahatan perikanan di laut. Disampaikan Susi Pudjiatuti bahwa dengan terjadinya Illegal Fishing dan telah dilakukan analilisis dan evaluasi? yang terjadi di perairan laut Indonesia? bahwa 1.132 kapal? asing yang masuk perairan Indonesia? dengan melakukan illegal fishing/fish crime? bukan hanya sekedar kejahatan? perikanan, kan tetapi juga melakukan kejahatan kemanusiaan karena disitu terjadi trafficking/perbudakan dan kalau hal ini terus terjadi akan merusak generasi? kita? di masa mendatang dan akan melemahkan masa depan bangsa ini. ?Ilegal fishing di peraiaran laut Indonesia telah merugikan Negara trilliunan rupiah, karena tidak hanya ikan yang dicuri tetapi? minyak atau bahan bakar juga dicuri oleh kapal-kapal asing? tandas Susi Pudjiastuti. Sementara itu Presiden RI Ir.H.Joko Widodo ketika membuka Simposium pemberantasan kejahatan perikanan tingkat internasional kedua atau "The 2nd International Symposium on Fisheries Crime?di Yogyakarta antara lain menyatakan bahwa Illegal Fishing merupakan kejahatan trans nasional yang dampaknya luar biasa ?dampaknya ke Dunia. Dampak negative lainnya tidak hanya mencakup terhadap industry perikanan akan tetapi juga lingkungan. Lautan kita yang meliputi 71 % dari wilayah Indonesia terancam/terganggu dari dampak fish crime/illegal fishing, padahal laut? merumpakan sumber pendapatan dari 527 juta penduduk dunia sumber pangannya dari laut. Dengan terjadinya Illegal fishing akan mengurangi penghasilan dunia 90,1%. Oleh karena tandas Presiden Joko Widodo ?kejahatan? Illegal fishing sudah berkembang menjadi kejahatan trans nasional yang sangat serius dan akan merusak bumi yang menjadi tempat tinggal bersama ini akan terancam akan keberlanjutannya. Oleh karena itu kita harus memerangi illegal fishing tersebut dengan kolaborasi global. Sehingga? Indonesia tidak bisa mendiamkan illegal fishing .Sebab data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan Negara terbesar produsen ikan laut di Dunia peringkat 2 FAO dengan ?tangkapan ?sebanyak 6 juta ton? atau setara dengan 6,6 % produsen dunia. Angka tersebut menurut Presiden masih dibawah angka maksimal tangkapan Indonesia. Karena dengan terjadinya illegal fishing telah merugikan Indonesia? sebesar? 20 milyar dollar USA/tahun termasuk mengancak 65 % terumbu karang. Disamping itu tandas Joko Wi Pemerintah Indonesia terus mencari terobosan/strategi untuk pengamanan perikanan kita, karena dengan terjadinya illegal fishing ?tingkat eksploaitasi ikan mengalami penurunan? 30 s/d 35 %? sehingga memungkinkan menaikkan stok nasional ikan? 7,3 juta ton tahun 2013? menjadi 9,9 juta ton tahun? 2015. Dan bulan Januari hingga Juni 2016 ada peningkatan ekspor sebesar? 7,34 % . Pembukaan symposium pemberantasan kejahatan perikanan tingkat internasional kedua atau "The 2nd International Symposium on Fisheries Crime oleh Presidden RI ditandai dengan pemukulan Bende yang dudampingi Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Gubernur DIY Sri Sultan HB X.(Krn) |